Hampir 4 tahun menikmati lika-liku menjadi breastfeeding mom, banyak hal telah saya lalui. Mulai menyusui anak pertama yang penuh drama, hingga anak kedua yang sedikit lagi lulus S3, semua memberikan pengalaman tersendiri. Namun, satu hal yang pasti. Banyak hikmah yang dapat saya petik hingga hari ini. Masih dalam rangka ikut merayakan Pekan Asi Dunia. Dengan senang hati, saya ingin membagi salah satu pengalaman berharga dalam hidup saya ini.
Hamil dan menyusui anak pertama penuh tantangan
Kata orang, anak pertama selalu spesial. Ya, mungkin itu
benar. Saya mengalami banyak hal ketika hamil anak pertama. Mulai overweight, bayi
melintang hingga gatal di seluruh badan pada hari kelima menjelang perkiraan
lahir. Kala itu diagnosa dokter mengatakan bahwa saya mengalami keracunan
kehamilan. Oh God, perasaan campur aduk. Antara khawatir dengan kondisi janin, harus menjalani pengobatan untuk gatal, juga bagaimana agar emosi saya tetap stabil menjelang D-day.
Pada akhirnya saya gagal mengelola emosi. Perasaan khawatir akan kondisi janin membuat fisik saya
menurun drastis, rasa gatal semakin menjadi dan saya menjadi lebih sering menangis. Kondisi saya semakin buruk karena merasa kurang mendapat support dari suami yang saat itu merantau di ibukota. Lengkap sudah rasanya, my first
pregnancy just like queen drama story.
Pada H+5 perkiraan lahir, saya mengalami kontraksi per 10
menit. Tepatnya malam hari, satu jam setelah suami saya kembali ke perantauan.
Semalaman saya merasakan kontraksi tanpa adanya flek atau cairan lain yang
mengikuti. Hingga esoknya, saya pergi ke bidan untuk melakukan pemeriksaan.
Baru pembukaan dua, dan posisi bayi belum masuk jalan lahir. Keadaan ini berlangsung
hingga 12 jam kemudian. Tekanan darah terus naik hingga 150/100, sedangkan
jalan lahir baru bukaan 4.
Akhirnya keputusan sulit harus kami ambil. Berbekal persetujuan dan doa dari suami via telepon, tepat pukul 10 malam operasi secar pun dilakukan. Saya dirujuk ke rumah sakit daerah yang berjarak kurang lebih 25 km dari rumah. Sekitar satu jam perjalanan dengan mobil pribadi. Didampingi bidan, mama dan bapak ibu mertua, saya memasuki ruang operasi tanpa persiapan mental. Hanya pasrah dan memohon keselamata
Anak pertama saya lahir pada pukul 11 malam. Dengan berat
3,8 kg dan panjang 51 cm. Paling besar di antara 7 bayi lain yang lahir pada
malam hari itu. Saya bersyukur, seorang bayi cantik lahir dengan kondisi
sempurna. Kulitnya bersih dan tidak ada tanda-tanda terdampak keracunan hormon
seperti yang dialami ibunya. Luar biasa, sungguh Tuhan Maha Kuasa.
IMD terlewat, ASI pertama tak kunjung keluar
Malam setelah proses persalinan, bayi saya dirawat terpisah
di ruang bayi. Saya tidak mendapatkan kesempatan melakukan IMD. Karena menurut
dokter, badan saya yang masih gatal tidak memungkinkan untuk dilakukan IMD. Saya
hanya bisa pasrah, apapun yang terbaik untuk anak saya.
Bahkan, saat perawat
melihat puting saya datar dan ASI tak kunjung keluar. Bayi saya langsung
ditawarkan susu formula. Seluruh anggota keluarga mengiyakan, dan saya masih
terlalu lemah untuk ngotot apalagi beradu argumen. Semua teori ASI yang pernah
saya baca serasa lenyap . Merasa bersalah dan tak ingin disalahkan lagi,
membuat saya menuruti segala hal yang disaran dokter, perawat dan orang tua.
Saya gagal memberikan yang terbaik di awal kehidupannya. Padahal saya tahu, bahwa bayi yang baru lahir memiliki cadangan makanan selama 3 x 24 jam. Sedangkan ukuran lambungnya yang baru sebesar biji kemiri, hanya membutuhkan sekitar 5-7 ml ASI, artinya tidak perlu terburu-buru menawarkan sufor pada hari pertama kehidupan bayi. Sayangnya, kepercayaan diri saya terlanjur runtuh saat itu.
ASI keluar di hari ketiga
Hari ketiga, setelah proses
persalinan, kami diijinkan untuk pulang ke rumah. Walaupun masih sedikit, namun
ASI saya telah keluar. Kolostrum pun sempat saya berikan kepada Najwa, putri
saya yang mungil. Hari-hari berikutnya lebih nyaman saya jalani. Selain
lingkungan rumah yang lebih kondusif dibanding di rumah sakit. Support dari
suami yang telah kembali ke kampung seakan menjadi stok semangat tersendiri. Naluri dan kebahagiaan sebagai ibu baru membuat saya sumringah menjalani kesibukan dengan bayi.
Meskipun nyeri bekas jahitan terus mendera.
Baby blues melanda, di minggu
kedua pasca persalinan
Hari-hari berikutnya tak semudah
yang saya bayangkan. Setelah suami kembali ke ibukota, saya harus bergadang sendirian setiap malam. Sebenarnya, Najwa bukanlah tipe bayi yang rewel di malam
hari. Hanya saja, setiap jam 2 dini hari, dia selalu bangun dan baru tidur lagi
ketika menjelang shubuh.
Satu dua hari saya masih menikmati situasi ini. Hingga pada malam-malam berikutnya, ketika badan mulai terasa letih, diam-diam saya sering menangis sendiri. Keadaan ini berlangsung hampir setiap hari. Merasa sendiri, kurang perhatian dan kasih sayang. Seolah beban hidup saya menjadi berlipat setelah kelahiran si bayi.
Beberapa bulan kemudian saya baru menyadari. Rupanya, pada saat itu saya sedang mengalami baby blues syndrome . Ada pula yang menyebut maternity blues atau post partum syndrome. Sindrom ini berupa gangguang emosi ringan yang biasa dialami ibu setelah melahirkan dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu setelah melahirkan.
Menurut dokter, baby blues syndrome biasanya ditengarai oleh beberapa hal, seperti :
Satu dua hari saya masih menikmati situasi ini. Hingga pada malam-malam berikutnya, ketika badan mulai terasa letih, diam-diam saya sering menangis sendiri. Keadaan ini berlangsung hampir setiap hari. Merasa sendiri, kurang perhatian dan kasih sayang. Seolah beban hidup saya menjadi berlipat setelah kelahiran si bayi.
Beberapa bulan kemudian saya baru menyadari. Rupanya, pada saat itu saya sedang mengalami baby blues syndrome . Ada pula yang menyebut maternity blues atau post partum syndrome. Sindrom ini berupa gangguang emosi ringan yang biasa dialami ibu setelah melahirkan dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu setelah melahirkan.
Menurut dokter, baby blues syndrome biasanya ditengarai oleh beberapa hal, seperti :
- Kelelahan pasca melahirkan
- Ketidaksiapan ibu menghadapi kelahiran bayi
- Kesulitan dalam memberikan ASI
- Kurang mendapat dukungan sosil, seperti dukungan suami dan keluarga terdekat
- Faktor psikososial, seperti masalah umur, latar belakang sosial dan faktor ekonomi.
- Komplikasi kelahiran
Mengambil hikmah dari kegagalan ASI eksklusif anak pertama
Saya masih terus menyusui Najwa
hingga usianya tepat 23 bulan. Karena hasil pumping yang selalu sedikit, saya
enggan melanjutkan kembali. Siang hari,saat saya bekerja, Najwa mengkonsumsi
susu formula. Pada malam hari hingga menjelang saya berangkat ke kantor, Najwa
full mengisap payudara ibunya.
Percaya diri, bekal utama saat
hamil anak kedua
Satu setengah tahun setelah Najwa
disapih, Saya melahirkan anak kedua. Seorang bayi laki-laki dengan berat 3,2 kg
dan panjang 50 cm. Najib, begitu kami menamainya, lahir pada usia kehamilan 34
minggu. Saya kembali harus masuk ruang operasi, dan kali inipun tanpa persiapan
lagi. Siang harinya saya mengalami flek. Dan malam harinya,ketika saya
bermaksud untuk memeriksakan diri. DSOG langsung menginstruksikan untuk
dilakukan operasi.
Untuk yang kedua kalinya saya tidak bisa menolak. Pupus sudah harapan saya untuk melahirkan secara normal. Namun, saya yakinkan diri, bahwa inilah yang terbaik untuk kami. Saya buang jauh rasa kecewa, karena khawatir mempengaruhi emosi. Apalagi, saat itu saya tidak sendiri lagi. Suami saya dan Najwa terus mendampingi dan memberi support tentunya. Saya menyadari, kepercayaan diri saya begitu tinggi, karena support dari orang yang saya sayangi. Hal tersebut memang tidak tergantikan.
Untuk yang kedua kalinya saya tidak bisa menolak. Pupus sudah harapan saya untuk melahirkan secara normal. Namun, saya yakinkan diri, bahwa inilah yang terbaik untuk kami. Saya buang jauh rasa kecewa, karena khawatir mempengaruhi emosi. Apalagi, saat itu saya tidak sendiri lagi. Suami saya dan Najwa terus mendampingi dan memberi support tentunya. Saya menyadari, kepercayaan diri saya begitu tinggi, karena support dari orang yang saya sayangi. Hal tersebut memang tidak tergantikan.
Menyusui 5 jam setelah operasi
5 jam setelah proses operasi, saya dan bayi dipindahkan dalam ruang gabung. Bersyukur saya mendapatkan rumah
sakit yang sangat mensupport program ASI eksklusif. Saya langsung menyusui Najib dan terus didampingi hingga terbiasa dengan posisi dan pelekatan mulut
bayi dianggap tepat. Rasa sakit bekas operasi, yang sebenarnya jauh lebih nyeri
dibanding yang pertama, hilang sudah berganti bahagia. Lega karena kolostrum
pertama telah mengalir dalam tubuh anak lanang. Meskipun gagal melakukan IMD
untuk yang kedua kalinya. Saya sudah cukup puas dengan keberhasilan memberikan
ASI pada awal kehidupannya. Mukjizat!
Bayi Najib divonis kuning, dan
harus menjalani terapi cahaya
Hasil lab menunjukkan bilirubin
bayi saya berada di angka 17. Menurut dokter, bayi saya menderita kuning dan
harus menjalani terapi cahaya. Sebenarnya, bagi bayi yang baru lahir, kondisi
kuning adalah wajar. Hal ini dikarenakan kerja organnya terutama hati belum
maksimal. Namun, suami saya telah menyetujui untuk dilakukan penyinaran. Jadilah kami menginap semalam
lagi. Di kamar terpisah, dan saya hanya datang setiap dua jam untuk
mengantarkan ASI perah.
Saya mulai kelelahan setelah
melakukan 6 kali pumping selama 12 jam. Pada malam harinya, ketika perawat
melihat kondisi saya melemah, dengan berat hati ditawarkannya susu formula.
Dilema kembali mendera. Saya tidak rela, namun tidak mampu berbuat banyak.
Menjelang pukul 9 malam, saya menandatangani surat persetujuan pemberian susu
formula.
Bayi Najib menolak pemberian sufor dari botol
Pagi-pagi, saat terdengar adzan
shubuh, saya bergegas ke ruang terapi. Pagi itu, 20 September 2014, proses penyinaran telah berlangsung selama 24 jam. Artinya, bayi saya akan dikeluarkan dari
box bayi, dan saya bisa menyusuinya secara langsung.
Najib begitu kuat mengisap
payudara saya, seolah kelaparan. Dan benar saja, perawat menyerahkan kembali
susu formula yang kemarin saya beli. Pantas saja dia kelaparan, selama 12 jam
terakhir, Najib hanya minum 2 botol ASIP berisi masing-masing 60 ml. Haru namun
bahagia, peluang melanjutkan ASI eksklusif terbuka di depan mata. Kembali Tuhan menunjukkan kuasaNya.
Lancar 6 bulan pertama, lanjut
hingga hampir 2 tahun. That's amazing for me!
Saya begitu menikmati petualangan
menjadi breastfeeding mom bersama Najib. Menjadi stay at home mom, dengan 2
balita dan telah berkumpul dalam satu rumah dengan suami. Membuat kepercayaan
diri saya begitu tinggi. Namun, sama halnya dengan saat menyusui Najwa dahulu.
Hasil pumping saya selalu sedikit. Akhirnya, saya memutuskan tidak lagi memerah ASI. Saya selalu menyusui Najib seara langsung, kapanpun dan di mana pun. Pengalaman kedua ini, mengajarkan
kepada saya, bahwa hasil pumping tidak menunjukkan jumlah ASI yang sebenarnya. Selama 23 bulan saya menyusui, tumbuh kembang Najib sangat menggembirakan. Meskipun tidak berbadan bongsor, namun sangat lincah dan jarang terserang penyakit.
ASI Sarat Manfaat
Menurut dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI, seorang konselor menyusui dan instruktur pijat bayi internasional. Semua gizi yang dibutuhkan oleh seorang bayi sudah tersedia dalam ASI. Selain membangun bonding dengan ibu, bayi ASI cenderung mandiri dan percaya diri. Tidak hanya untuk bayi, ASI juga sarat manfaat bagi ibu. Berikut adalah beberapa manfaat ASI baik bagi ibu maupun si bayi.
Manfaat untuk bayi
ASI Sarat Manfaat
Menurut dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI, seorang konselor menyusui dan instruktur pijat bayi internasional. Semua gizi yang dibutuhkan oleh seorang bayi sudah tersedia dalam ASI. Selain membangun bonding dengan ibu, bayi ASI cenderung mandiri dan percaya diri. Tidak hanya untuk bayi, ASI juga sarat manfaat bagi ibu. Berikut adalah beberapa manfaat ASI baik bagi ibu maupun si bayi.
Manfaat untuk bayi
- Bayi ASI memiliki antibodi lebih baik.
- Perlindungan jangka panjang dan mengurangi resiko alergi, diabetes, infeksi paru, infeksi telinga dan diare
- ASI mengandung banyak zat yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh.
- Mengurangi resiko kematian bayi mendadak (SIDS)
- Mendukung peningkatan kemampuan kognitif
- Zat yang terkandung dalam ASI melindungi bayi dari penyakit dan infeksi tidak hanya saat itu, namun setelah bayi disapih.
- Melalui ASI, ibu akan mempelajari kebiasaan bayi secara naluriah.
- Membantu proses penyembuhan pasca melahirkan.
- Menyusui membakar kalori hingga 500 kalori per hari.
- Ibu menyusui memiliki resiko lebih rendah dari osteoporosis postmenopause.
- Menyusui membantu menurunkan berat badan pasca hamil.
- Menyusui membantu mengeluarkan hormon oksitosin, yang membantu rahim kembali ke ukuran semula.
Tulisan ini saya ikutkan dalam Give Away Dunia Biza.
Semoga menginspirasi, dan menjadi motivasi seluruh ibu untuk memberikan ASI epada buah hatinya. Kalau saya BISA, ibu juga PASTI BISA. Karena SEMUA IBU, BISA!
Happy Breastfeeding MOM!
Sumber :
- Catatan pribadi selama dua kali menjadi Busui
- theAsiaParent Indonesia
- Enjoy Your Pregnancy, Moms! (Ana Wardhatul Jannah, Am.Keb & dr. Widja Widajaka, Sp.OG)








































wuaa, pasti Najwa dan Najib senang banget sekarang bisa main setiap hari sama Mommy tersayang Asyikk bisa senang2 terus...
ReplyDeletesuka deh dengan closingnya. Yang penting itu dulu ya Mom, keyakinan hati bahwa BISA, dan pasti BISA. Bahwa dalam proses ada hal2 tak terduga yang penting BISA dulu.. :-)
Pengalamannya sangat bermanfaat
ReplyDeletePUBLIC SPEAKING SEMARANG
perkembangan yang hebat....saluuttt :)
ReplyDelete