Wanita mana yang nggak suka
diskon? Apalagi barang-barang yang didiskon itu bisa jadi warisan dan investasi
jangka panjang untuk otak. Ya, benar, barang diskonan itu adalah buku. Yang
sedang saya rencanakan sebagai salah satu warisan untuk DuoNaj kelak.
Saya selalu membayangkan, suatu hari nanti Najwa atau Najib membaca koleksi buku-buku Andrea Hirata milik saya. Mulai Laskar Pelangi sampai Sirkus Pohon yang baru minggu lalu saya beli. Atau Harry Potter yang selalu membuat saya berdecak kagum pada pengarangnya yang maha imajinatif.
Buku-buku fiksi dan
nonfiksi inspiratif, buku-buku antologi yang mencatat nama ibunya sebagai salah
satu kontributor. Atau buku karya teman-teman saya yang bertengger baik di rak-rak toko buku ternama, atau yang memang diterbitkan secara indie. Ada novel sastra Okky Madasari, sampai buku panduan menjadi happy mom
ala Bety Kristianto. Dan masih banyak nama lain yang terlalu panjang jika disebutkan satu-persatu di sini.
Semua itu hanyalah sebagian
warisan buku dari saya. Sedangkan dari ayahnya, jangan ditanya lagi. Mulai
novel sastra milik Pram yang melegenda, novel bergenre agama karangan Cak Rusdi Mathari, buku politik yang
bikin geregetan, sampai buku buku hukum yang tak terhitung jumlahnya.
Etapi kami tidak sedang
menggiring anak-anak bergelut di dunia hukum atau politik, loh. Semua itu hanya
sumber bacaan, investasi leher ke atas, dan warisan yang kami harap suatu saat
mengisi sudut-sudut rumah mereka. Jikalau memang salah satunya memiliki passion
yang sama dengan saya atau ayahnya, of course it won't be a problem.
Baca juga : [Resensi] Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Di samping semua koleksi calon
warisan itu, pastinya DuoNaj memiliki koleksi mereka sendiri. Buku cerita anak,
dongeng Disney yang termasyur sepanjang masa, hingga buku nonfiksi yang
menambah khasanah pengetahuan mereka tentang alam dan segala ciptaan Yang
Mahakuasa.
Tak ketinggalan novel Totto Chan
yang pada ulang tahun Najwa yang ke-5 sudah saya wariskan padanya. Dulu, saya
pernah berjanji pada Najwa. Begitu kakak bisa membaca, maka novel kesayangan
ibuk ini akan berpindah tangan menjadi miliknya. Mungkin kata-kata saya
membuatnya terpesona atau terharu lebih tepatnya, sampai-sampai Najwa sangat menyukai buku
itu hingga sekarang.
Balik lagi masalah diskonan buku.
Minggu lalu kami sekeluarga mengunjungi Indonesia International Book Fair
(IIBF) di Jakarta Convention Centre. Demi alasan lebih fleksibel, kami
bela-belain bermotor ria dengan lama perjalanan hampir satu setengah jam dari rumah
sampai lokasi pameran.
Acara yang sudah diselenggarakan
sejak tanggal 6 September ini, diikuti kurang lebih 20 negara dengan diskon
buku yang ditawarkan sampai lebih dari 70%. Wow! Mana tahan kalau nggak
nyambangi langsung ke TKP yang sebenarnya lumayan jauh dari rumah.
Puluhan stan buku dari berbagai
penerbit dalam maupun luar negeri ada di sana. Kami yang datang bersama balita
tentu saja tak mampu mengunjungi semuanya. Selain areanya penuh sesak dengan
pengunjung yang tak mau ketinggalan berebut buku murah berkualitas. Rombongan
pelajar yang mengikuti Wisata Literasi, dan peserta aneka diskusi serta bedah
buku semakin menambah riuh suasana pameran yang sudah seperti surga literasi.
Acara yag diselenggarakan IKAPI dan didukung sepenuhnya oleh BEKRAF ini tidak hanya memberikan peluang pada penerbit untuk menggelar lapak dan memuaskan pembelinya dengan diskon besar-besaran. Tapi juga memberi kesempatan bagi penulis untuk bertemu dengan penggemarnya, me-launching dan membedah bukunya, bahkan acara talk show atau sharing session nampaknya juga sangat diminati pengunjung pameran.
Salah satu stan yang lumayan
mencuri perhatian adalah stan milik KPK. Ya, pada kesempatan itu KPK memang
berusaha mengedukasi masyarakat tentang korupsi dengan menggelar stan yang
variatif bahkan interaktif dengan pengunjung bazar. Stand KPK menyediakan aneka
bacaan yang mengedukasi kejujuran. Ada juga mainan edukatif, di mana sambil
bermain anak-anak akan “disuapi” pendidikan moral khususnya tentang berlaku
jujur.
Menariknya, beberapa buku edukasi
tersebut ditulis oleh nama-nama yang sudah tidak asing di dunia blogging. Misalnya Mbak Ina Inong, Bang Aswi,
Nia K. Haryanto dan beberapa nama lain yang sering kita jumpai saat blog walking.
Karena tak mampu menjangka semua
stan, kami pun segera menuju stan penerbit yang memang sudah menjadi
incaran. Di antaranya Erlangga, Mizan, Gramedia dan Kompas, Yayasan Obor,
Penerbit Buku Indie, Rabbit Hole dan Kinokuniya Book. Stand Mizan lah yang
akhirnya paling sukses membobol pertahanan iman.
Lelah dan lapar perut yang
semakin membuat kami “lapar mata” mau tak mau memaksa kaki untuk berjalan
menuju pintu keluar. Tak dinyana, di stage dekat pintu keluar sedang
berlangsung dialog interaktif dengan nara sumber Bapak Triawan Munaf, Ketua
Badan Ekonomi Kreatif, Indonesia. Sosok yang lumayan inspiratif yang akhirnya
memaksa kami singgah sebentar untuk mendengarkan pemaparan darinya, dan tentu
saja mengambil foto sebagai dokumentasi.
Penting juga baca yang ini: Dari Rumah untuk Generasi Doyan Baca
Hampir setengah hari kami
habiskan dengan membelah jalanan Jakarta dan berdesakan di area IIBF 2017 di
selenggarakan. Akhirnya, menjelang magrib kami putuskan untuk pulang. Terbayar
sudah lelah dan panas dengan beberapa buku yang menjadi pilihan kami
masing-masing. Kesenangan itu pun bertambah ketika memandangi rak buku di rumah dengan koleksi calon warisan yang jumlahnya terus meningkat.
-DNA-










































Seru meh ke IIBF, aku ga sempet kesana, rame banget ya
ReplyDeleteBanget, itu aja belum hari terakhir. Pas hari Minggu mungkin lebih sesak, Mbak.
DeletePaling seru memang ke indonesia book fair sayang perjalanannya melelahkan dr tmpt sy (ga kuat macetnya) terlahir k IBF 3 thn lalu sekarang nunggu diskonan d gramed terdekat aja hehe
Deletepengen deh ke event ini sayangnya belum keturutan seru dan rame y mba dan emang buku itu warisan makanya aku skrg jg lg koleksi buku bwt anak2ku 😁
ReplyDeleteudah dijadwalin jauh hari..IIBF yo, Pak..! ho oh
ReplyDeleteLha kok, dari Sabtu malam dianya demam plus meriang..Minggunya malah adem panas+ kemulan..Hadeh, mau pergi sendiri nggak enak ati...Ya sutralah, nggak rejeki..
Padahal udah nyisihan uang belanja berapa hari hihihi:D
Waah senangnya bisa ke acara seperti ini, ya. Pasti saya bis alupa diri kalau ke acara kayak gini :))
ReplyDelete