![]() |
Setiap orangtua yang memiliki kesenangan pada buku bacaan
pasti bercita-cita untuk menularkan hal yang sama pada anak-anaknya. Selain
manfaat dari segi ilmu pengetahuan yang dirasa akan sangat berguna bagi kehidupan,
aktivitas membaca memang memberikan kesenangan tersendiri, ibarat candu yang
membuat siapapun ketagihan untuk menyesap nikmatnya lagi dan lagi.
Membaca nggak hanya membuka akses informasi, tapi aktivitas
ini mampu menghadirkan dunia baru bagi orang-orang yang terlanjur merasakan
nikmatnya. Dunia-dunia yang tak selalu nyata, tapi mampu membawa setiap pembaca
masuk dan mereka-reka sendiri gambaran dunia dalam imajinasi bacaan mereka.
Telah lama saya menemukan kenikmatan dalam aktivitas yang
satu ini. Bagi saya, membaca bukan sekedar rutinitas yang sengaja saya bangun.
Tapi, sekarang ini membaca telah menjadi kebutuhan saya setiap hari. Tak
ubahnya sepiring nasi dan secangkir kopi, membaca harus mendapatkan porsi
yang sesuai sehingga tak terasa ada yang kurang saat melalui hari.
Proses Berkenalan dengan Aktivitas Membaca
Tentu saja hal seperti ini tidak terjadi begitu saja. Proses
berkenalan dengan aktivitas baca-membaca telah saya lalui semenjak saya duduk
di bangku kelas satu sekolah dasar. Saya ingat betul, saat sebagian besar
anak-anak pada usia saya belajar mengeja dari buku alphabet bergambar, saya
lebih tertarik mengeja koran Jawa Pos atau Majalah Kartini milik ibu saya.
Media membaca yang berukuran besar dan penuh gambar
nampaknya begitu menyedot perhatian saya. Maka sejak saat itulah, ibu saya
dengan telaten melayani keinginan saya dengan mengajari mengeja halaman-halaman
yang bertema umum dan aman untuk anak-anak.
Hingga akhirnya ketika saya mulai lancar membaca. Kebiasaan membaca
Jawa Pos tak sedikit pun surut dari kesenangan. Namun karena tak setiap
hari tukang koran lewat di depan rumah kami, maka koran-koran bekas pun menjadi
sasaran saya. Bahkan, kadang-kadang ibu saya menyimpan koran pembungkus tempe (di kampung saya tempe biasa dibungkus dengan daun pisang kemudian dilapisi
koran pada bagian luarnya) jika dirasa beritanya menarik dan sesuai untuk saya
baca.
Kedua orangtua saya pun adalah “penggila bacaan”. Almarhum
papa yang semasa hidupnya menjadi penerjemah dan penulis buku pelajaran tentu
tak jauh-jauh dari aktivitas membaca. Sedangkan ibu saya, meskipun
pendidikannya hanya sampai pada taraf SMEA (kalau sekarang SMK) tapi minat dan
kecintaannya pada buku bacaan hampir tak bisa dikalahkan oleh anak-anaknya
(kecuali saya yang nggak mau kalah sama nenek-nenek pembaca, baca: ibu saya, hehe)
Dalam didikan keluarga saya, membaca merupakan salah satu
cara untuk “bertamasya” di tengah keterbatasan melakukan perjalanan. Membaca
aneka jenis bacaan tidak hanya memperkaya pengetahuan, tapi mampu “memanjangkan
langkah kami saat kaki urung berpindah tempat”.
Berjodoh dengan Penikmat Bacaan
![]() |
| Membaca bersama anak sebagai bentuk quality time |
Katanya kalau jodoh nggak akan ke mana, kesenangannya pun
nggak akan jauh-jauh dari kita, menurut teman-teman, pendapat ini benar, nggak? Bagi saya hal ini ada
benarnya, karena pada akhirnya kecitaan saya pada buku dan aktivitas membaca
semakin membuncah ketika berjodoh dengan seorang penikmat bacaan.
Pernikahan
yang telah saya jalani selama delapan tahun ini semakin melejitkan gairah saya
pada buku. Selain karena gabungan koleksi buku saya dan suami yang
membuat jumlahnya terus bertambah, jenis bacaan saya pun semakin variatif,
budget buku pun telah kami sepakati masuk dalam alokasi belanja bulanan.
Hal ini merupakan salah satu yang sangat saya syukuri dalam pernikahan kami. Namun bukan berarti tantangan telah berakhir, karena sekarang tiba
waktunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, yaitu membentuk generasi penikmat
bacaan pada kedua anak kami.
Baca juga: Dari Rumah untuk Generasi Doyan Baca
Baca juga: Dari Rumah untuk Generasi Doyan Baca
Menularkan Kesenangan Membaca pada Anak
Tentu hal ini tak semudah puluhan tahun lalu - masa-masa di mana saya dan suami
mulai terpapar buku kemudian langsung suka dengan aktivitas baca - karena bagi
anak-anak kami, gawai jauh lebih menarik ketimbang aneka koleksi buku yang
tersusun di rak buku kami.
Tantangannya masih sama seperti saat orangtua saya menginginkan
aktivitas membaca menjadi kebutuhan, alih-alih rutinitas biasa. Tapi caranya tentu
saja berbeda, karena menghadapi anak-anak generasi digital ini adalah tentang
bagaimana membuat mereka menemukan sendiri ketertarikan dari setiap aktivitas
yang orangtua tawarkan. BUKAN MEMAKSANYA!
![]() |
| Najwa hampir selalu tertarik dengan buku bacaan, bahkan kini dia mulai senang membaca untuk teman-temannya |
Tak mau melewatkan masa emas dalam milestone Najwa dan Najib,
kami pun sepakat mengenalkan aktivitas membaca sejak keduanya berada dalam
kandungan saya. Tidak ada hal spesial yang saya lakukan selama fase ini, karena
membaca merupakan hal yang biasa dilakukan setiap hari. Hanya saja, selama masa
kehamilan saya lebih banyak membaca buku cerita anak dan membacanya dengan
bersuara seolah si kecil sedang berada
di samping saya.
Saat hamil Najwa tentu saya sedikit seperti orang tak waras,
hehehe. Kadang berbicara sendiri dengan perut yang terus membesar, bahkan
menanyakan apakah ia suka dengan apa yang saya bacakan. Berbeda dengan
kehamilan anak kedua. Karena sudah ada kakaknya, saya biasa membacakan janin
bersamaaan dengan reading time untuk Najwa, sehingga interaksinya pun lebih
mengasyikkan.
Kami sengaja memaparkan aktivitas membaca sedini mungkin
pada DuoNaj. Hal ini semata-mata karena ingin menularkan keasyikannya dan tentu
saja karena beberapa manfaat yang kami percayai kebenarannya.
Manfaat Mengenalkan Bacaan sejak Dini
Merujuk situs yang dikelola langsung oleh Arleen - author buku
anak – mengenalkan anak pada aktivitas membaca sejak sedini mungkin memberikan
setidaknya 7 kebaikan bagi mereka.
![]() |
| 7 Kebaikan membaca sejak dini |
1. Anak menjadi tidak mudah terprovokasi
Kebiasaan membaca dan mengolah informasi membentukt anak
dengan kepribadian kritis. Anak-anak dengan karakter seperti ini biasanya
berpikiran matang, tenang dan obyektif dalam mengolah suatu informasi sehingga
tidak mudah terprovokasi dengan isu tanpa sumber yang jelas.
2. Kekuatan mental
Membaca sejak dini memungkinkan anak mendapatkan informasi
dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal. Kondisi ini
sangat bagus untuk mengembangkan kreativitas daya imajinasinya. Begitu pula untuk
meningkatkan kemampuannya dalam menemukan solusi dari suatu permasalahan.
3. Kemampuan Sosial
Sebagian besar pembaca cilik cenderung lebih percaya diri
dalam berkomunikasi dengan lawan biacaranya. Hal ini bisa jadi dikarenakan
akses informasi dan tingkat pengetahuannya luas, sehingga ia mampu membentuk
self image yang positif.
4. Prestasi dan kesuksesan
Untuk meraih prestasi dan kesuksesa, seseorang harus
memiliki daya juang dan ketahanan dalam mempelajari hal-hal baru. Kebiasaan
membaca sejak dini mendukung sikap ini terbentuk dalam diri seseorang.
5. Perkembangan otak
Masa-masa awal kehidupan seorang anak, atau biasa disebut
golden age merupakan fase di mana sel-sel penting dalam otak berkembang. Pada
fase ini, jika seorang anak selalu dibacakan cerita baru, maka akan terbentuk
sambungan-sambungan baru yang dapat mengoptimalkan perkembangan otak.
6. Kemampuan bahasa
Membaca sejak dini memungkinkan seorang anak memperkaya
pengetahuan, menabung kosakata baru, meningkatkan kemampuan berbahasa yang
meliputi mendengar dan mengekspresikan diri. Hal ini sangat berpengaruh pada keterampilan
anak dalam berkomunikasi.
7. Bonding dengan orangtua
Aktivitas membaca untuk anak sebenarnya tak sekedar memberi
manfaat untuk anak-anak, tapi cara ini sangat efektif untuk mengisi quality
time dengan anak. Membangun kedekatan dan membuka jalur komunikasi melalui
interaksi yang diperantarai buku bacaan.
Jika melihat ketujuh manfaat tersebut, sebagai orangtua
tentunya saya sangat optimis bahwa apa yang susah payah kami usahakan sejak
saat ini akan memberikan manfaat yang sepadan bagi anak-anak kelak. Untuk itu,
kami pun tak lelah untuk terus mencoba menjadikan aktivitas membaca sebagai
kebutuhan di rumah. Beberapa di antaranya dengan melakukan 7 hal berikut ini:
7 Cara Menjadikan Aktivitas Membaca sebagai Kebutuhan
1. Memulainya sedini mungkin
Seperti yang telah saya ceritakan di atas, memulai aktivitas
membaca sedini mungkin berkontribusi sangat besar pada perkembangan anak. Hal
ini saya rasakan kepada kedua anak saya yang mulai menunjukkan hal-hal positif
terkait perkembangan bahasanya sejak usia mereka menginjak 2 tahun.
Tapi nggak perlu khawatir jika masa-masa kehamilan itu telah
terlewati. Segera, setidaknya saat usia mereka masih dini, jadikan hal ini
sebagai kebiasaan bagi anak-anak.
2. Menjadi contoh
Tak diragukan lagi, setiap orangtua sering merasa kewalahan
untuk mengawasi anak-anaknya. Sebaliknya, anak tak pernah lelah untuk “mengawasi”
orangtuanya. Ada kalanya mereka tak mendengarkan kita, tapi percayalah,
anak-anak selalu melihat apa yang kita lakukan.
Begitu pun halnya dalam membaca. Anak selalu melihat apa
yang orangtua lakukan. Maka nggak perlu heran jika anak-anak penghobi bacaan
biasanya tumbuh dalam keluarga penikmat bacaan. Diasuh oleh orangtua penyuka
bacaan dan menjadikan aktivitas bacaan sebagai bagian dari kesehariannya.
![]() |
| Meneydiakan aneka bahan bacaandan memastikan buku terlihat serta mudah dijangkau |
3. Buku terlihat dan mudah dijangkau anak
Letakkan buku di tempat-tempat yang terlihat dan bisa
dijangkau anak. Selain mendesain rak buku dengan ketinggian dapat diakses anak,
biasanya saya meletakkan buku di tempat-tempat lain. Misalnya di area dekat TV,
di tempat tidur, di dekat sofa atau di tempat-tempat lain yang memungkinkan
anak selalu melihat buku bacaan.
4. Tumbuhkan kesan positif tentang membaca
Ada sebagian anak yang baru mendengar kata ‘buku’ saja
rasanya sudah tak berselera. Seolah-olah buku adalah mucuh dan membaca adalah ‘bencana’.
Kejadian ini bisa dihindari dengan menjadikan aktivitas membaca sebagai bagian
dari hadiah. Misalnya, saya selalu memberikan anak-anak reward jika mereka disiplin membereskan mainannya, kemudian
tepat waktu saat jam tidur siang tiba. Hadianya adalah membacakan buku cerita
pilihan mereka. Dengan begitu mereka menganggap aktivitas membaca adalah hadiah
yang menyenangkan dan dinantikan, bukan sebaliknya.
Oh ya, jangan sekali-kali menjadikan membaca sebagai ancaman
atau hukuman bagi anak. “Kalau nilainya nggak bagus, maka ibu akan menghukummu
dengan membaca buku ini!” Please… jangan sekali-kali melakukan hal tersebut pada anak-anak kita.
Karena dengan begitu anak akan melihat membaca sebagai suatu bentuk
keterpaksaan dan menyiksa.
5. Rutin
Dalam satu sesi reading time dengan anak idealnya tidak
perlu terlalu lama. Bahkan tidak perlu menghabiskan satu buku cerita, kecuali
anak menginginkannya. Kuncinya adalah melakukannya secara rutin, sehingga anak
bisa merasakan “ada yang kurang” jika membaca terlewat dalam keseharian mereka.
6. Beri kebebasan untuk memilih
Anak-anak akan sangat senang jika diberikan kebebasan untuk
memilih buku yang diinginkannya. Itu sebabnya semua jenis bacaan yang menjadi
koleksi keluarga wajib hukumnya melalui screening orangtua.
Kebebasan memilih jenis bacaan membuat anak merasa dihargai
dan diperlakukan selayaknya seorang penikmat bacaan. Cara ini akan meninggalkan
kesan positif yang mampu menumbuhkan kesenangan dari aktivitas membaca itu
sendiri.
7. Jangan dipaksa!
Sekali lagi orangtua perlu menahan diri untuk tidak memaksa.
Biasanya, paksaan justru menyebabkan keinginan menjauh dari apa yang sedang
berusaha didekatkan, dan dapat membentuk citra negatif terhadap suatu hal.
Itulah sebabnya aktivitas membaca harus ditularkan dalam
bentuk kebutuhan. Segera setelah anak melihat orangtua memiliki kebutuhan akan
hal tersebut, maka bukan tidak mungkin mereka pun akan tertarik untuk memiliki
kebutuhan serupa.
Tujuh poin di atas sebenarnya masih belum cukup untuk
menjadikan kebiasaan membaca sebagai kebutuhan keluarga. Mengajak anak
mengunjungi perpustakaan, menjadikan buku sebagai hadiah tahunan atau mengikuti
komunitas pembaca merupakan beberapa cara lain yang bisa dipaparkan pada anak.
Lalu, apakah kami sudah berhadil menjadikan aktivitas membaca sebagai bagian dari kebutuhan anak-anak? Jawabnya tentu saja belum. Tapi, melihat tingkat ketertarikan anak-anak dan fase yang telah memasuki tahap rutinitas, kami optimis hal ini nggak akan lama lagi.
Poin pentingnya adalah, bahwa kesenangan terhadap aktivitas membaca tidak bisa datang begitu saja pada diri seseorang. Perlu upaya secara berkelanjutan untuk mengenalkan, kemudian menjadikannya sebagai rutinitas dan puncaknya ketika aktivitas membaca telah menjadi kebutuhan yang susah dipisahkan dari kehidupan.
#UpdateMBC
#TOBPSeptember
Poin pentingnya adalah, bahwa kesenangan terhadap aktivitas membaca tidak bisa datang begitu saja pada diri seseorang. Perlu upaya secara berkelanjutan untuk mengenalkan, kemudian menjadikannya sebagai rutinitas dan puncaknya ketika aktivitas membaca telah menjadi kebutuhan yang susah dipisahkan dari kehidupan.
#UpdateMBC
#TOBPSeptember










































Seneng banget ya Mbak kalau pasangan juga kompak suka membaca😍 anak-anak pasti akan mencontoh juga kebiasaan membaca ayah ibu nya 😍
ReplyDeleteWaaah mba Najwa senang bacain buku untuk temannya? Ada bakat mendongeng juga kali ya mba? Gak salah nek ibuke jadi penulis cerita anak juga. Daebaak!! 😀
ReplyDeleteYang saya rasakan menanamkan hobi membaca pada anak itu lebih mudah pada anak pertama. Mungkin karena saat itu godaan gadget tak sedahsyat sekarang...
ReplyDeleteUlasan yang lengkap dan menarik:)
ReplyDeleteKesenangan terhadap aktivitas membaca menag tidak bisa datang begitu saja karena perlu upaya secara berkelanjutan untuk mengenalkan, menjadikannya kebiasaan dan akhirnya bisa menjadi kebutuhan yang susah dipisahkan dari kehidupan.
karena aku suja baca anakku jd suka jg meski masih blm bisa baca tpantusias mau degerin apa yg dibacakan uda lumayan
ReplyDeletePengaruh hp cukup kuat menyebabkan, anak malas baca. Memang lbh mudah main hp bandingkan baca buku
ReplyDeleteSeneng banget kalau sekeluarga seneng baca (buku). Wah...nanti remaja, beda lagi genrenya.
ReplyDeleteHappy parenting BuNaj...
Jangan dipaksa. Tips ini ampuh banget mbak, biarkan anak menjalani hari-harinya dengan bahagia. Kalau membaca itu bisa menjadi sumber kebahagiaan Alhamdulillah. Tetapi kalau mereka ogah-ogahan, ya udah sabar saja dan pelan-pelan mengajaknya membaca. Eh tapi senang ya mbak dapat jodoh yang sama-sama suka membaca.
ReplyDeleteSaya juga suka membaca Mba. Karena Ayah seorang tukang koran. Jadi memudahkan saya untuk mendapatkan media membaca. Dulu, sehabis pulang sekolah, saya pasti bantuin ayah saya jualan koran di pasar dan sambil menunggu pembeli, saya suka sambil baca koran hihihi
ReplyDeleteMy spouse and I stumbled ᧐ver һere different website and thоught I shoսld chexk tһings out.
ReplyDeleteI like what I sеe so i am ϳust fοllowing you.
ᒪоok forwaard tο looking аt yoᥙr web pɑge repeatedly.
Setuju banget bun, saya kadang sama ponakan jg begitu hihi. Biar dia ada keinginan sendiri untuk membaca bukan dipaksa. Tapi ttp diajak untuk dikit2 suka baca makanya banyak banget buku anak dirumah
ReplyDeleteNah iya tumbuhkan kecintaan pada buku dengan tidak dipaksa. Kalo suami sy malah gk suka kaba mba, wkwk. Akhirnya sy yang berusaha mengenalkan Luigi pada buku :)
ReplyDeleteTipsnya keren, tidak serta merta dlm waktu singkat. Tapi terus dibangun kecintaannya dengan kesan yang positif :)
Wuiiiish ... pantesaaaan kereeeen, udah baca koran dari SD. Saya SD baru belajar eja tulisan bergambar, sama tuh kayak teman mbak Damar lainnya hihihi
ReplyDeleteSeru ya kalau sekeluarga suka membaca, bisa saling tukar info bacaan deh. Memang ya mbak, menumbuhkan minat baca pada anak itu ga bisa instant, dan yg pasti harus dimulai dari ortunya. Kalau ortunya lebih sering nampak megang gadget ya gak mungkin juga anak jadi minat sama buku. Hihi.
ReplyDeleteAku merasa banget membaca ini jadi bonding terbaik antara aku dan io. Membaca juga cara termudah dan ter-menyenangkan untuk memberitahu anak soal nilai - nilai ( melalui buku bacaannya ) sepele banget sekarang io pinter banget ngantree karena baca buku tentang mengantre. Dan perbendaharaan bahasa anak jadi banyak ya mbak, thank you for sharing this. Aku merasa kudu lebih semangat lagi membiasakan baca ke io, setelah beberapa waktu terakhir melempem
ReplyDeleteMemang butuh kosistensi buat anak jadi suka membaca dan itu gampang2 susah..harus lebih semangat lagi nih hihii
ReplyDelete