Coba penyesalan itu datangnya di awal, nggak akan ada orang
yang nangis sesenggukan di depan cermin gara-gara mukanya beruntusan. Apalagi penyesalan itu biasanya untuk hal-hal
yang “enak” di awal, tapi “nggak enak” banget pada akhirnya. Ya, iyalah, kalau
udah nggak enak di awal, siapa juga yang mau coba-coba. Ya, nggak sih?
Ceritanya saya mau
tsurhat, nih. Barangkali nantinya pengalaman saya ini bakal bermanfaat buat
teman-teman juga. Jadi gini ceritanya, pasca libur lebaran selama kurang lebih satu bulan ini, kulit wajah saya sukses beruntusan, gatal dan nggak enak banget
buat dilihat, apalagi dielus.
Padahal, beberapa bulan terakhir saya lagi seneng-senengnya
sama pipi yang kenyal, kulit yang bersih dan segar. Nggak berubah jadi putih
sih, karena memang dari sononya warna kulit saya sudah gelap. Ditambah saya
nggak pakai produk pemutih instan. Tapi jadi seger aja, nggak kusam trus komedo
plus pori-pori terlihat lebih bersahabat.
Kalau ditanya produk perawatan wajah apa yang saya pakai.
Sebenarnya sih produk lokal aja, pembersih dan penyegar zaman ibu-ibu kita.
Ditambah pelembab dan krim malam dari salah satu produk kosmetik yang saya beli
secara online. Lain kali akan saya tulis reviewnya di sini.
Baca juga : Kulit Wajah Segar, Cerah dan Kencang dengan Face Peeling dan Peel Off Mask Mustika Ratu
Baca juga : Kulit Wajah Segar, Cerah dan Kencang dengan Face Peeling dan Peel Off Mask Mustika Ratu
Tapi, saya sadar betul bahwa pola hidup yang mulai
seimbanglah yang banyak membantu regenerasi kulit wajah. Sejak resolusi awal tahun 2017 lalu saya
ikrarkan. Sebisa mungkin saya meluangkan waktu untuk komit melakukan
perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik pada diri saya. Salah satunya dalam
hal kesehatan dan pola hidup seimbang.
Stretching ringan di sela-sela kesibukan rumah tangga. Konsumsi
air putih tidak kurang dari 2,5 liter per hari. Memperbanyak serat baik dalam
bentuk sayur atau buah dalam setiap porsi makan. Dan yang paling penting
istirahat cukup, kurangi kebiasaan begadang dan marah-marah. Hehe … Maksudnya
lebih rileks menghadapi anak-anak. Lebih berdamai dengan diri sendiri dan segala
keterbatasannya. Merdeka! Hihihi …
Baca juga: Berdamai dengan Diri Sendiri
Baca juga: Berdamai dengan Diri Sendiri
Efek yang mulai terasa dari kebiasaan baik ini adalah tubuh
yang terasa mulai ringan. Sakit kepala dan tegang di bagian leher semakin
berkurang. Dan belakangan, saya mulai senang berlama-lama di depan cermin untuk
mengamati bekas jerawat di pipi kanan yang mulai memudar. Pipi pun rasanya
lebih kenyal.
Apalagi selama Ramadan, pola makan yang teratur dan waktu
yang terbatas membuat saya tak sempat mengunyah camilan di luar makanan utama.
Hikmahnya saya hanya fokus pada protein, serat dan vitamin yang berasal dari
sayur dan buah. Serta konsumsi air putih lebih optimal karena tidak tersisa
waktu untuk mengonsumsi aneka jenis minuman lainnya. FYI, selama Ramadan saya
berhasil mengonsumsi 3 liter air per harinya. Angka yang tidak pernah bisa saya
capai saat hari biasa.
Namun begitu lebaran tiba, aneka camilan dan kuliner khas “ndeso”
membuat saya tak bisa berhenti mengunyah. “Ahh … nggak setiap hari ini,” begitu
saya berkelakar. Mulai opor, sayur lodeh, rendang, bakso, es buah sampai
camilan manis lainnya sukses masuk ke perut. Saya masih mencoba untuk
boosting asupan sayur dengan mengonsumsi pecel. Tapi ya sama saja, lha wong
lauknya gorengan 5 biji. Belum kalau ada yang nawarin penutup jenang campur
plus kolak pisangnya. Duh, nggak tahan saya. Kapan lagi kalau nggak pas mudik
ke Magetan?
Tubuh saya memang nggak bisa dibohongi begitu saja. Begitu
ada asupan yang kurang, atau justru berlebihan, “alarm” tubuh akan langsung
berbunyi. Contohnya ya gangguan kesehatan dan kulit seperti yang saya sebutkan
di atas tadi. Sedangkan yang lebih parah adalah kenaikan berat badan. Selama
puasa berat badan saya normal cenderung turun. Begitu lebaran, Mak! Bergeserlah jarum timbangan ke arah
kanan.
Tapi yang paling terasa memang di bagian kulit wajah. Memang
perubahan cuaca antara Magetan dan Jakarta lumayan signifikan. Di Magetan
sangat sulit untuk bisa berkeringat, karena anginnya dingin dan kering, tapi
matahari bersinar terang. Kondisi ini membuat kulit terasa kering dan mbesisik
kalau orang Jawa bilang. Tapi tetap ya, faktor dari dalam lebih mendominasi.
Belum sampai glowing maksimal, tapi saya merasakan kulit
wajah lebih segar saat mulai berkomitmen
merubah pola hidup. Terutama perihal asupan dan menjaga kecukupan waktu
istirahat. Belakangan waktu berlibur yang sangat sempit membuat kami lebih
banyak mobile ke tempat saudara dan teman. Malam hari pun lebih banyak untuk
ngobrol dan jalan-jalan keluar dengan saudara dan keponakan.
Akibatnya jam istirahat memang sangat kurang. Apalagi acara
keluarga padat setiap harinya. Hari ini ngapaian di rumah mertua, besok sudah
ada acara di rumah orang tua saya. Hampir begitu setiap hari sehingga untuk
mendapatkan tidur berkualitas pun sangat sulit. Sekali lagi sayang kalau nggak
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kapan lagi bisa kumpul sama saudara?
Seperti biasa begitu tidak mendapatkan cukup tidur atau
kelelahan, lingkaran hitam di bawah mata mulai nampak. Kali ini disusul dengan tampilan
wajah yang mulai kusam dan terlihat layu, lelah. Saya pikir ini hanya
sementara, setelah jam biologis kembali normal semuanya akan pulih dengan
cepat.
Tapi, ternyata nggak semudah yang saya pikirkan, karena kondisi
serupa masih terjadi pada kulit saya hingga hari ini.
Salah satu yang paling bikin bete adalah minyak di wajah. Terutama
di daerah “T” yang sangat mengganggu hasil akhir riasan. Saya paling sebal
kalau habis pakai bedak, trus menumpuk di daerah hidung dan dahi karena area di
situ lebih berminyak.
Setelah berbulan-bulan terlepas dari tampilan seperti itu,
saya kembali harus menghadapinya. Kali ini ditambah kulit bagian pipi yang
lebih kering dan sedikit bersisik. Untuk sementara waktu saya memilih
meninggalkan bedak tabur. Daripada harus keluar rumah dengan wajah belang-belang.
Bedak nggak nempel di bagian kulit yang kering tapi menumpuk di area “T”.
Dua ini yang paling tak diundang. Eee lha kok malah datang
bebarengan. Hidung terasa kasar dan jerawat kecil-kecil berwarna putih mulai
muncul di pipi dan dagu. Huff! … Bete banget saya sama yang dua ini. Kalau
jerawat sudah keluar, itu artinya sudah harus segera berbenah. Karena bagi
saya, pemulihan setelah berjerawat bisa jadi tidak mudah. Saya sudah terlalu
akrab dengan masalah kulit ini sejak di bangku kuliah.
Nggak ada alasan lagi untuk menunda. Harus segera kembali ke
pola hidup yang selama 6 bulan sangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan
dan kulit saya. Untuk sementara saya menghindari begadang yang secara otomatis
memengaruhi produktivitas dalam menulis. Tapi tak apalah, hanya sementara saja
sampai semua berjalan normal. Saat libur sekolah usai maka saya akan lebih
leluasa beraktivitas di siang hari.
Asupan air putih kembali 3 liter per hari, rutin
membersihkan wajah pada pagi dan malam hari. Mengaplikasikan masker dan peeling
dua kali dalam seminggu, pelembab dan serum wajah nggak boleh lupa lagi. Dan
yang terpenting kembali membatasi minyak dan gula dalam makanan. Sebagai
gantinya, sayur dan buah sudah mulai memenuhi isi kulkas dan meja makan.
Stay healthy and happy ya, Temans! Cheating sih boleh, asal jangan kebablasan kayak saya. Ingat selalu pemulihannya butuh kerja ekstra. Ya kan? Ya kan? ...
Stay healthy and happy ya, Temans! Cheating sih boleh, asal jangan kebablasan kayak saya. Ingat selalu pemulihannya butuh kerja ekstra. Ya kan? Ya kan? ...





Be First to Post Comment !
Post a Comment
Haluuu Teman-teman. Terima kasih sudah berkunjung ke Blognya BukNaj. Jangan lupa tinggal komentar, ya. Begitu longgar, BukNaj pasti berkunjung ke blog Teman-teman.
Selamat membaca
Semoga bermanfaat :)