
Ngomongin soal batik, teman-teman
pasti tahu, kan, bahwa setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional? Meskipun agak telat sedikit,
rasanya masih pantas untuk menikmati euforia Hari Batik tahun ini. Terlebih
bagi saya yang sangat gemar menggunakan batik.
Tapi jangan dipikir daster batik
saja ya, koleksi saya. Beberapa rok berbahan Batik Pekalongan menjadi koleksi
saya untuk acara baik formal maupun semi casual. Begitu pun vest panjang berbahan
Batik Madura terus saya gunakan dengan cara padu padan untuk berbagai
kesempatan.
Ya, batik adalah kekayaan
Indonesia yang sungguh memikat. Keindahan corak dan filosofinya bahkan mampu
membuat UNESCO mengukuhkannnya sebagai Warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan
dan NonBendawi. Bolehlah kita sedikit berbangga dengan pencapaian ini. Terlebih kerja
keras para pengrajin batik memang layak untuk diapresiasi. Proses pengerjaan
yang lama, membutuhkan konsentrasi dan ketelatenan membuat bahan yang satu ini
pantas dihargai. Tidak hanya dari segi materi, namun lebih pada pengakuan
secara immaterial.
Dalam perkembangannya, batik
tidak lagi terbatas pada penggunaan sebagai bahan pakaian. Berkat kreativitas
dan daya seni yang tinggi dari pengrajin negeri ini. Batik telah berubah
menjadi aneka produk yang tidak hanya melekat di badan. Tapi juga dapat
dikoleksi sebagai pajangan di dinding atau sudut-sudut rumah kita.
![]() |
| Pinterst.com |
![]() |
| Qlapa.com |
Memang, tidak semuanya menggunakan
batik yang benar-benar digambar dengan canting. Atau biasa disebut batik tulis.
Sebagian besar adalah kain bermotif batik yang diproduksi dengan cara dicap
atau di-print.
Bagi pengrajin atau kolektor batik tulis. Hal seperti ini mungkin saja bisa menimbulkan perasaan
kecewa atau merasa kurang dihargai hasil karyanya. Tapi menurut saya pribadi,
batik yang diproduksi secara besar-besaran, khususnya dalam bentuk cap,
sangat membantu membumikan batik itu sendiri.
Teman-teman juga pasti sudah
tahu, bahwa harga batik tulis bisa dibilang mahal, atau malahan sangat mahal bagi
sebagian besar masyarakat kita. Ide membuatnya dalam bentuk cap, saya rasa
memungkinkan batik untuk dijangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Saya
pribadi lebih sering membeli batik cap ketimbang batik tulis. Tentu saja
pertimbangan harga menjadi penyebab utamanya.
Saya pun sedikit ikut prihatin dengan maraknya penjualan batik printing di pasaran. Kekhawatiran akan semakin terdesaknya eksistensi pengrajin batik tulis dan batik cap menjadi salah satu dari alasan saya. Tapi apa mau dikata, nyatanya masih banyak masyarakat kita yang memang gemar membelinya. Selain karena murah, faktor ketidak tahuan bisa saja menjadi alasan berikutnya.
Kekayaan batik Indonesia kini
telah menyebar di seluruh penjuru nusantara. Maka tak hanya Pekalongan,
Yogyakarta, Solo atau Cirebon yang terkenal dengan kerajinan batiknya.
Teman-teman juga pasti tahu, hampir seluruh provinsi di Indonesia telah
memiliki kreasi batiknya masing-masing. Dan uniknya lagi, setiap daerah
memiliki ciri khas nya masing-masing. Baik dari segi corak maupun filosofi dan
sejarahnya masing-masing.
Nah, pada kesempatan kali ini.
Bolehlah kita mengulik lebih dalam tentang Batik Madura. Bagaimana sejarah,
ragam motif dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Sejarah dan Keunikan Batik Madura
Pulau kecil di sebelah timur
provinsi Jawa Timur ini tidak hanya
terkenal dengan aneka olahan ikan laut atau Karapan Sapinya saja. Belakangan,
Batik Madura mulai mendapat tempat di hati masyarakat kita, tak terkecuali saya,
hehehe.
![]() |
| Motif Pesisiran. |
Saya sangat menyukai Batik Madura,
khususnya untuk motif batik pesisiran yang cenderung “berani. Ya, batik Madura memiliki
2 ragam motif yang cenderung bertolak belakang.
Batik di daerah pesisiran terkesan lebih berani dalam menggunakan warna
dan motif batiknya. Sedangkan daerah pedalaman memilih ornament klasik
dan warna gelap menjadi unsur yang
dominan.
Dalam sejarahnya, Batik Madura
dipercaya telah berkembang pada abad ke 16 sampai ke-17 Masehi. Menurut cerita, pada sebuah peperangan yang terjadi
di Pamekasan, salah satu dari pimpinan perang tersebut mengenakan pakaian motif
batik sebagai baju kebesarannya. Etapi ini bukan baju yang ukurannya kebesaran,
loh. Tapi baju kebanggaannya, hehehe. Jangan serius-serius, ah!
Menurut cerita yang saya dengar
juga, perkembangan batik di Madura sangat dipengaruhi oleh seorang adipati yang
memiliki kedekatan dengan Raden Wijaya, pembesar dari Kerajaan Majapahit yang
termasyhur tersebut.
Selain dari segi kaunikan motif
yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu pesisir dan pedalaman seperti yang
saya sebutkan di atas. Batik Madura masih memiliki keunikan lain yang berupa
garis -garis dominan pada setiap motf batiknya. Adapun filosofi dari motif
batik ini lebih merepresentasikan keseharian dari masyarakatnya.
![]() |
| Aneka Motif Batik Madura |
Jika ingin mengoleksi Batik
Madura, maka Teman-teman harus menyiapkan budget agar dapat memborong batik
dari 3 daerah yang berbeda di Madura.
Di Pamekasan, motif batik cenderung cerah dan tajam. Lain halnya dengan di Sumenep yang lebih menonjolkan satu unsur warna tanpa meninggalkan kesan cerah. Sedangkan di Bangkalan? Teman-teman akan menemukan batik dengan motif “berani” seperti yang menjadi pilihan saya.
Di Pamekasan, motif batik cenderung cerah dan tajam. Lain halnya dengan di Sumenep yang lebih menonjolkan satu unsur warna tanpa meninggalkan kesan cerah. Sedangkan di Bangkalan? Teman-teman akan menemukan batik dengan motif “berani” seperti yang menjadi pilihan saya.
Pembuatan bati tulis Madura bisa
dibilang lama. Untuk satu kali proses perendaman, bisa memakan waktu 1 – 3 bulan.
Selain memengaruhi gelap dan terang kain
pada hasil akhirnya, keawetan warna batik ternyata juga sangat dipengaruhi
seberapa lama proses perendamannya.
Batik tulis Madura dibuat dengan
menggunakan pewarna soga alami. Penggunaan mengkudu dan tingi sebagai pengganti
warna merah, Tarum untuk menghasilkan warna biru. Sedangkan Mundu digunakan
jika ingin mendapatkan warna hijau alami.
Menarik, bukan? Ternyata Batik
Madura tak kalah pesona dengan batik-batik yang sudah lebih dulu dikenal luas.
Jadi, tak selalu harus ke Pekalongan jika ingin mencoba keunikan batik
nusantara. Karena Batik Madura sangat layak untuk diperhitungkan.
Nah, kalau teman-teman, batik
dari wilayah mana yang jadi pilihannya?
Referensi
1. disperindag.pamekasan.go.id
2. Batik-Tulis.com
Referensi
1. disperindag.pamekasan.go.id
2. Batik-Tulis.com








































Saya punya juga Batik Madura, Mbak..warna cerah dan beraninya saya suka.
ReplyDeleteMotif batik pesisir cantik banget yah. Aku suka warna dasar hitam soalnya.
ReplyDeleteMau bikin antologi batik, search di gugel ehh ada tulisan Mb Damar. Salam kenal Mbak Damar. :)
ReplyDelete