Ada yang bilang, hidup lebih
bahagia setelah menikah. Meskipun kita nggak bisa menolak asam garamnya, karena
nggak semua hal dalam hidup ini manis-manis saja. Apalagi terlalu banyak
bergaul dengan yang manis-manis sangat berpotensi diabet, buahaya kalau nggak
diimbangi sama yang asem, asin, pedes atau malahan tawar.
Tapi, beneran nggak, sih? Kalau
perkawinan membuat hidup seseorang menjadi lebih happy? Khususnya bagi pasngan
yang menjalaninya. Masak iya kita yang nikah orang lain yang jadi bahagia?
Meskipun bisa juga orang lain ikut happy. Misalnya keluarga kedua pasangan, saudara atau teman.
Orang-orang yang ada di sekitar kita pasti turut merasakan kebahagiaan yang
sedang kita alami. Tapi jangan lupa, pasanganlah yang memiliki tanggung jawab mempertahankan
atau membuat kehidupan pernikahan lebih bahagia. Orang-orang di sekitarnya
hanyalah supporter saja.
Menghabiskan sisa usia bersama
orang yang tidak kita kenal sebelumnya, dengan background keluarga yang pasti berbeda.
Bisa jadi terasa indah dan mudah di awal untuk melihat segala perbedaan sebagai keunikan. Tapi kemudian, perjalanan yang panjang, berliku dan naik turun. Acap kali membuat
pasangan harus pandai menjaga “stamina” dalam pernikahan. Sehingga rumah tangga
bertahan dalam kondisi bahagia. Bahkan idealnya semakin bahagia dari waktu ke
waktu, bukan sebaliknya.
Bicara soal pernikahan yang
bahagia, semua itu pasti tidak lepas dari usaha. Nggak ada sesuatu yang bisa
datang begitu saja, semua perlu diusahakan. Terlebih jika sudah menyangkut
kehidupan pernikahan yang tidak hanya melibatkan individu per individu. Tapi,
ada anak, orang tua dan 2 keluarga besar.
That’s why jangan pernah merasa
lelah untuk mengusahakannya. Kecuali sudah benar-benar tidak bisa
dipertahankan. Just let it go and maybe you’ll happier. But, try and try before
you make any decisions.
Usia pernikahan saya belum lama,
masih jauh dari panggang. Dan seperti halnya pasangan lain, saya pun merasakan
naik turun dalam kehidupan pernikahan. Ada kalanya datang lelah, kita hanya butuh
“istirahat” sejenak dengan ego masing-masing. Bukan berhenti dan menyerah sebelum kalah dalam "peperangan".
Untuk itu, saya pun rajin mencari
tahu apa yang bisa dilakukan untuk menambah kebahagiaan sebagai pasangan. Nggak
usah yang muluk-muluk, saya nggak mungkin ngarep suami jadi romantis.
Karena udah dari sono-nya dia kaku dan lumayan formal. Tapi, bukan berarti kita
tidak dapat menambah kehangatan rumah tangga karena sifat asli satu sama lain.
Menurut the expert, 4 cara sederhana berikut ini bisa jadi sangat mungkin
dilakukan bagi siapa saja.
Bercanda dan tertawa bersama
Orang bilang banyak bercanda dan tertawa membuat
wajah awet muda. Pikiran lebih rilex, santai karena mendapat hiburan gratis.
Begitu pun halnya jika Temans rajin melakukannya bersama pasangan. Cerita
tentang kekonyolan yang dilakukan bersama, nostalgia masa lalu saat pertama
kali berkenalan, atau humor segar lainnya yang bisa dibagi bersama pasangan. Tapi
ingat, jangan sampai kebablasan dan malah menimbulkan pertengkaran, ya.
Saya pribadi dan suami punya
banyak cerita “konyol” sejak awal mula berkenalan. Terdengar biasa bagi orang lain. Tapi untuk
kami, semua itu sangat istimewa. Saat sedang berdua, kami sering kembali ke
masa-masa itu, saat cinta masih menimbulkan debaran yang luar biasa. Kikiki. Tak
banyak kisah romantis yang kami miliki. Tapi cerita-cerita lucu yang selalu
membuat kami tertawa bersama seolah menjadi penyegaran dan perekat kembali saat
muncul celah yang tak diinginkan.
Nggak percaya? Coba saja.
Lakukan kebaikan kecil untuk pasangan
Melakukan suatu kebaikan untuk
seseorang memberikan efek bahagia bagi keduanya, terlebih bagi yang melakukan.
Temans sering mendengar istilah taker dan giver, bukan? Giver adalah orang yang
mendapatkan manfaat lebih banyak dari apa yang dilakukannya. Dalam hal ini
kepuasan batin dan kebahagiaan.
Begitu pun halnya dengan
pasangan. Berlomba-lomba menjadi giver adalah salah satu cara untuk menambah
kebahagiaan satu sama lain. Bukan tentang berlian, permata, atau extraordinary
holiday, tapi perhatian.
Hal-hal sesederhana membuatkan
kopi pada pagi hari, mencium kening pasangan, memijat pundaknya saat lelah atau
mendoakan kebaikan untuknya adalah sesuatu yang “biasa”, tapi jika dilakukan dengan tulus akan berimbas luar biasa.
Tentang berhubungan intim
Ehem … Sekali-kali ngomongin area
dewasa, hehehe. Ya, dong. Namanya juga marriage life, demi relationship
goal yang sebenar-benarnya, bolehlah sesekali nyenggol area ini.
Dalam salah satu sumber bacaan
yang saya pelajari, studi kasus menemukan kehidupan pernikahan yang lebih
bahagia bagi mereka yang rutin berhubungan intim dengan pasangannya. Rutin
tidak perlu diartikan setiap hari, ya. Atau malahan 3 kali sehari, emangnya
minum obat kali, ye. Hahaha … Hush!! Rutin bisa jadi berkala, sesuai kesepakatan
masing.
Beberapa pasangan yang mengaku
berhubungan intim rutin 3 atau bahkan hanya
2 kali dalam seminggu, terlihat lebih bahagia dibanding yang setiap hari melakukan tapi minggu berikutnya
sama sekali tak bersentuhan. Well, masalah ini sebenarnya lumayan sensitif,
karena kebiasaan setiap orang pasti berbeda. Intinya rutin ajalah.
Kehidupan sex yang sehat sangat
berpengaruh terhadap keharmonisan dan
kebahagiaan pernikahan. Sudah fitrahnya bahwa manusia dikaruniai syahwat yang
minta disalurkan. Untuk itulah pernikahan menyelamatkan manusia dari perzinahan
asalkan dilakukan dengan cara yang tepat dan tidak melanggar ketentuan agama dan
negara.
Dalam berhubungan intim, ada
komunikasi yang sangat mendalam antara pasangan. Bahkan romantisme atau pujian mesra yang tak
pernah ditunjukkan di depan khalayak, bisa jadi mem-bludak saat kita hanya
berdua dengan pasangan. Cara ini dipercaya bisa terus merekatkan janji-janji
pernikahan dan menguatkan komitmen untuk terus melalui ujian dalam kehidupan.
Ya, setidaknya itu yang dikatakan
para ahli. Benar atau tidaknya, coba tanya kata hati dan pasangan
masing-masing. Hehehe.
Kencan
Nggak usah bayangin candle light
dinner di restoran mahal, nanti kalau nggak kejadian malah ngambek di pojokan. Hehehe,
saya banget itu. Ngemil kacang sambil nonton film berdua juga bisa disebut dating.
Atau duduk di beranda sambil berdiskusi ditemani segelas teh atau kopi. Intinya
selalu sediakan waktu untuk berdua, ngobrol, curhat atau apa sajalah yang
penting hanya dilakukan berdua. Suasananya akan terasa berbeda jika dibandingkan
saat bersama anak-anak. Karena saat
berdua, kita lebih bebas dan mudah mengekspresikan perasaan pada pasangan.
Ya … Ya … Ya, pastinya Temans punya
cara lain yang selama ini biasa dilakukan bersama pasangan. Pasti, dong! Nah,
beruntunglah kita-kita yang sudah menemukan cara-cara tersebut. Tapi ingat,
sesekali bolehlah ada variasi, modifikasi. Ecieh, ayak motor aja
dimodifikasi. Hehehe. Ya apalah itu istilahnya. Intinya biar nggak bosen, biar
awet dan nambah bahagianya. Bukankah itu salah satu tujuan sebuah pernikahan?
Nah, yang punya kebiasaan lain,
bolehlah share di komen. Biar BukNaj ini nggak sampai kehabisan ide. Ok, ya?
Semoga bermanfaat!
-DNA-
#ODOP
#Day26
#bloggermuslimahindonesia









































Setujuuu...
ReplyDeleteMeski yang poin terakhir itu susah cari waktunya. Soalnya yang dua orang bocah nggak mau ditinggal, maunya ikut serta hahaha
Kami berusaha melakukan Family Talk, biasanya nunggu anak tidur. Cukup 15 menit setiap hari ngobrol apa aja asalkan no gadget.
ReplyDeleteBener semuanya, mb. Cuman point terakhir baru bisa kami lakukan berdua lagi beberapa kali pas Mama datang ke Medan kemarin. Itu setelah 12 tahun gak bisa ngedate berdua
ReplyDeleteSekarang mama udah balik ke Semarang lagi, ya udah deh seperti biasa. Pergi beramai-ramai kembali