Mengunjungi Galeri Nasional bisa
dibilang “langka” bagi kami yang tidak terlalu berdarah seni. Tapi event kali
ini terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kapan lagi bisa nonton koleksi
lukisan Istana Kepresidenan? Mumpung sedang ada pamerannya, kami pun mengajak
anak-anak ke sana. Itung-itung
refreshing, enaknya lagi gratis dan seperti biasa, selalu ada pengalaman yang
ingin kami tinggalkan pada anak-anak. Dengan harapan salah satu pengalaman itu
menjadi bekal bagi mereka menemukan passion-nya.
Kami pergi pada Sabtu pagi
menjelang siang. Dari rumah yang berlokasi sangat strategis ( dekat stasiun
KRL), kami pun naik kereta menuju Stasiun Gondangdia, kemudian disambung naik
bajaj menuju Galeri Nasional yang terletak berseberangan dengan Stasiun Gambir.
Berdesakan sebentar di dalam KRL bukanlah hal yang baru bagi kami, karena alat
transportasi ini sudah menjadi andalan kami setiap mbolang mengitari Jakarta
dan sekitarnya. Murah, nyaman dan cepat.
Sesampainya di Galeri Nasional,
kami menuju ke Galnas Cafe untuk sarapan yang sedikit terlambat. Kami pikir,
pengunjung bisa masuk kapan saja. Tapi ternyata kami salah. Sebelum registrasi,
pengunjung harus mengambil nomor antrian registrasi dulu. Jadilah kami yang
sarapan dulu sampai sekitar pukul 11.30, harus mendapatkan nomor antrian 157.
Walah,tahu gitu antri dulu baru makan. Pelajaran berharga: tanya dulu baru urus
itu perut, hehehe …
Panitia menyediakan ruang
menunggu yang lumayan nyaman. Bersih, dingin dan luas dengan beberapa kursi di
bagian pinggir-pinggir ruangan. Tapi dasar momong bocah, kami pun lebih nyaman lesehan
di bawah. Satu jam menunggu jadi tak terasa bersama tingkah polah bocil yang
tak pernah habis energinya. Nah, kesempatan ini pun kami gunakan untuk
menjelaskan pada Najwa mengenai pameran seperti apa yang akan kami tonton. Buat
Najwa, satu point yang paling jelas. “Jadi, kita mau nonton lukisan yang
dipasang di rumah Pak Jokowi, kan?” Hehehe … Pak Jokowi memang sangat melekat
di ingatan anak-anak.
Tiba giliran kami dipanggil ke
ruang registrasi. Setelah mendapatkan ID card, menitipkan tas, jaket, topi dan
kamera. Maka kami pun segera melakukan tour di dalam hall utama Galeri
Nasional.
Pameran kali ini menampilkan 48 lukisan dari 41
pelukis yang membuat karyanya pada abad 19 hingga abad 20. Selain itu,
pengunjung juga dimanjakan dengan dokumentasi yang terkait materi pameran dan
upaya pemerintah melakukan pemeliharaan terhadap koleksi istana. Ada juga satu
karya yang ditampilkan melalui LED di bagian paling depan setelah pengunjung
memasuki hall untuk security check. Lukisan ini karya Makovsky, salah satu yang
dikonservasi pada tahun 2004.
48 lukisan koleksi Istana Kepresidenan ini masih dibagi
menjadi beberapa sub tema, yaitu Dari yaitu keragaman alam (12 lukisan),
dinamika keseharian (11 lukisan), Tradisi dan Identitas (15 lukisan). Beberapa lukisan
karya pelukis Basoeki Abdullah memang spaling mencuri perhatian. Sedikit berbau
mistis, tapi terlihat begitu “hidup”.
Selain pameran lukisan, Galeri Nasional mengagendakan
sejumlah kegiatan, yaitu workshop melukis bersama Komunitas Difabel,
pada 10 Agustus 2017. Diskusi pakar dengan topik Menjaga Ibu Pertiwi, pada 19
Agustus 2017. Kemudian ada juga lomba
lukis kolektif tingkat nasional, pada 26 Agustus 2017. Dan ditutup dengan workshop
menjadi apresiator se-Jabodetabek pada 29 Agustus 2017. Semuanya masih dalam
satu kesatuan acara Pameran Lukisan Koleksi istana Kepresidenan, “Senandung Ibu
Pertiwi”, yang akan digelar hingga tanggal 30 Agustus 2017 nanti.
Buat kami sekeluarga acara ini sangat edukatif.
Meskipun tak mampu lebih dalam menjamah nilai artistik dari karya seni yang
ditampilan. Tapi kami dapat menjelaskan beberapa hal terkait tema-tema yang ada
dalam lukisan. Pun, Najwa jadi tahu, bahwa pelukis atau seniman lukis merupakan
salah satu profesi. Yang pastinya hanya bisa dikerjakan jika kita memiliki
passion yang tinggi, di samping bakat yang mendukungnya.
Setelah lebih dari satu jam mengelilingi Koleksi
Lukisan Istana Kepresidenan, kami pun beranjak keluar. Selanjutnya kami pun
menghabiskan waktu menunggu sore tiba dengan mengunjungi Pameran Seni Tunggal “Budi
Ubrux” di Gedung B, ber-swa foto di beberapa spot instagramable, sholat Dzuhur
baru kemudian kembali menuju Stasiun Gondangdia.
Oh ya, jika Temans berniat datang ke acara serupa,
masih ada waktu, loh. Nah, biar nggak kelamaan antri coba deh registrasi by
online. Temans bisa klik di sini. Yuk, kapan lagi bisa melihat koleksi lukisan
di Istana Kepresidenan.
-DNA-
#ODOP
#day12
#bloggermuslimahindonesia














































Asiik bngett liburan edukasi
ReplyDeleteYup, murah dan mendidik, Mbak. Hehehehe #Tipsmakirit. Thanks udah mampir ya, Mbak. :)
DeleteMakasih infonya, Mbak! Sampai tanggal 30 ya? Acara yang menarik dan bermanfaat nih. Semoga sempat ke sana. Btw, bagus juga ya sudah bisa registrasi online sekarang. Keren!
ReplyDeleteLangsung cuss, Mbak. Apalagi jagoannya udah gede-gede, udah bisa diajak discuss. Have fun, ya.:)
DeleteMba itu apa ya, yang dirimu foto dengan anak perempuan, kok kayak popok dikasih tanaman :D
ReplyDeletenext time pengen ke sini juga ah, buat nambah2 isi blog :D tapi sayang anakku pasti ngga akan betah kalau diajak ke sini :(