Having a place to go – is a home. Having someone to love – is a family. Having both – is a blessing ~Donna Hedge
![]() |
| Sumber gambar : Pinterest.com |
Saya masih terus diprotes
anak-anak, perihal mengapa di rumah kita harus begini sedangkan di rumah temanku
nggak? Mengapa jam mainku segini, sedangkan teman-temanku bisa sampai kapan
saja? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terus dilontarkannya.
Seperti yang pernah saya tulis
dalam postingan sebelumnya, Every Family Has Its Own Rules (I). Setiap keluarga
memang selalu memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik secara langsung maupun
tidka langsung menjadi semacam peraturan. Hal tentang pengaturan waktu,
bagaimana berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, menumbuhkan kebiasaan
baik dari rumah. Sekali lagi saya sangat yakin setiap keluarga memilikinya.
Yang pastinya beda dan tak perlu diperdebatkan.
Dalam hal ini, saya dan suami
yang kini sedang menumbuhkan kebiasaan baru dalam rumah tangga kami pun berasal
dari 2 keluarga yang memiliki banyak perbedaan. Background keluarga, kondisi
ekonomi, orang tua yang membesarkan kami dan tekanan yang harus dihadapi ikut
memengaruhi kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga.
Dalam beberapa hal, keluarga saya
jauh lebih “keras” terhadap 4 anak gadisnya. Tapi, dalam hal-hal lain keluarga
suami jauh lebih “alot” dalam membuat keputusan-keputusan bersama. Keluarga
saya yang hanya terdiri dari 5 orang perempuan setelah papa meninggal. Dengan
serta merta menempatkan perempuan sebagai sosok yang harus tangguh, mandiri dan
merdeka. Ini sangat bertolak belakang dengan keluarga suami yang bisa dibilang
menganut patriarki.
Perbedaan ini kerap kali membuat
kami berselisih paham. Untuk itu, penting bagi kami untuk menemukan nilai-nilai
dari 2 keluarga yang bersifat positif, yang kemudian dapat diterapkan dalam
keluarga kecil kami.
Saling menghormati
Sering kita mendengar, bahwa dari
rumahlah seorang anak seharusnya mendapatkan segala hal yang pertama. Salah
satunya mengenai pendidikan. Sering juga orang tua meminta anak-anak untuk
menghormati mereka. Tapi, sudahkan kita menghormati anak-anak sebagai individu
yang butuh diperlakukan sama?
Hormat-menghormati menjadi salah
satu nilai utama dalam keluarga. Bagaimana cara kita memperlakukan anak, dengan
cara itu pula kita akan diperlakukan anak. Menghormati orang tua bukan hanya
perkara, “Kalian kan masih anak-anak, musti hormat sama orang tua.” Bukan,
bukan tentang itu saja. Menghormati orang tua adalah tentang bagaimana mereka
menghormati individu lain. Sehingga orang tua pun perlu melakukannya pada anak.
Saling menghormati tidak hanya
sebatas pada sikap tubuh, atau yang biasa disebut sopan santun. Tapi bagaimana
menghargai pendapat, bagaimana bertutur dengan anak, menghormati
pilihan-pilihannya dan menempatkannya pada posisi yang sejajar sebagai sesama
manusia.
Kami percaya, jika anak
dibiasakan saling menghormati dalam keluaraga, maka mereka tidak akan canggung
ketika berbaur dalam lingkungan. Ke mana pun anak pergi mereka telah memiliki
priinsip bagaimana menempatkan dirinya dan juga orang lain.
Mengucapkan Kata-kata Cinta
Mungkin terdengar kurang familiar
dalam keluarga Indonesia. Lain halnya dengan kehidupan keluarga asing yang
begitu biasa mengumbar kata-kata cinta dan sayang kepada sesama anggota keluarga.
Membiasakan mengucapkan kata-kata cinta menunjukkan seberapa dekat kita dengan
keluarga sehingga tak perlu merasa canggung lagi ketika mengucapkannya.
Ketika anak masih kecil, orang
tua terbiasa membanjirinya dengan kata-kata tersebut. Tapi, begitu beranjak
remaja, mungkin semakin jarang sehingga
terdengar kaku. Sekali lagi, jangan berhenti mengatakannya hanya karena mereka
bukan lagi anak-anak. Karena bagaimanapun juga cinta butuh diekspresikan tidak
sekedar dirasa.
Selain itu, membiasakan anak
dengan kata-kata cinta menjadi salah satu cara bagi kami untuk mengawal
masa-masa pubernya, yang acap kali harus berurusan dengan masalah love. Anak
harus tahu bahwa urusan cinta dan I love you tidak sebatas hubungan lawan
jenis. Keluarga adalah cinta yang
pertama bagi mereka. Sehingga mereka tak perlu risau ketika tak mendengar
kalimat I love you dari remaja lainnya.
Iklan dulu ya : How Do You Spell L.O.V.E ?
Tolong menolong
Keluarga harus menjadi “orang
pertama” yang membantu saat anggotanya “jatuh”. Ungkapan ini bukan
berarti kita mengabaikan bantuan dari teman atau tetangga. Atau mengabaikan membantu teman dan orang-orang dekat di lingkungan kita. Tapi maksudnya,
keluarga adalah orang yang harus pertama tahu dan siap membantu ketika
anggota yang lain tertimpa kesusahan.
Hal ini juga yang mengingatkan
saya untuk lebih peduli dengan saudara-saudara saya. Nggak lucu kan, setiap
hari kita update berita politik atau selebritis tapi lupa menanyakan kabar
keluarga sendiri? Apakah mereka sehat dan baik-baik saja, ataukah sedang
tertimpa kesusahan?
Menumbuhkan nilai tolong menolong
dalam keluarga mau tak mau membuat kita lebih perhatian satu sama lain,
bersedia mendengarkan dan memahami perasaan orang lain.
Saat menumbuhkan nilai ini dalam
keluarga, kami memiliki keyakinan bahwa secara tidak langsung kami sedang
menyiapkan anak-anak untuk lebih peduli dengan lingkungan dan orang-orang
di sekitarnya. Karena keluarga adalah representasi kecil dari komunitas yang
harus mereka masuki kelak.
![]() |
| Sumber gambar : Pinterest |
Do the best
Dalam hal apapun, kami mendukung
mereka untuk melakukan yang terbaik. Kalah, menang, juara atau bukan itu hanya
masalah hasil saja. Tapi dalam prosesnya, harus mengerahkan usaha yang terbaik.
Dalam hal ini, kami tidak hanya sedang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu
dengan detil atau nyaris sempurna. Tapi kami sedang mengajarkan tanggung jawab
dan konsekuensi atas pilihan-pilihan
yang diambil setiap orang.
Ada tanggung jawab atas semua hal
yang telah dipilih, meskipun kerap kali pilihan itu mengandung unsur terpaksa.
Begitu pun halnya dengan konsekuensi yang tak dapat dipisahkan. Secara tidak
langsung, anak akan lebih cermat dan berhati-hati dalam menentukan apa yang
diinginkannya.
Meskipun ada kalanya diperlukan tindakan nekat, tapi tetap saja
ada tanggung jawab dan konsekuensi di dalamnya. Tanggung jawab itulah yang membuat setiap hal
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Memang tak sesederhana saat
menulis atau mengucapkannya. Tapi memiliki nilai-nilai yang disepakati untukk
terus diterapkan dalam keluarga sudah seperti keharusan. Karena sekali lagi,
dari rumahlah seharusnya kita mendapatkan segala hal yang pertama.
Have a good day with your family. Love and respect each other!
-DNA-
#ODOP
#Day25
#bloggermuslimahindonesia







































Ilmu buat saya yang belum menikah. Bekal kalau sudah punya keluarga.😊
ReplyDeleteHehehe .. saya juga masih belajar, semoga bermanfaat :)
DeleteSuka temanya..every family has its own rules..Setujuuuu saya..!
ReplyDeleteAlhamdulillah, poin di atas juga sudah dijalankan di keluarga saya, mbak..Yang mengucapkan kata cinta- , ada ceritanya. Jadi tiap pagi ngojek anak sekolah. Mereka turun dari motor, salim, saya cium keningnya terus kami saling bilang I love You...Jadilah orang di kiri kanan ngeliatin kami kwkwkw
Keren, saya pun sudah memulainya, Mbak. Biar anak-anak nggak merasa I love you itu tabu atau harus dari lawan jenisnya. Kalau di luar kan udah biasa kayak gini.
DeleteKe 4 hal di atas memang penting ya ditanamkan oada anak sejak dini. Suoaya anak menjadi sosok yang bijaksaba, baik dan cinta kepada sesama
ReplyDeleteAmin, harapannya begitu, Mbak. Semoga dikabulkan-Nya.
Delete