Toilet training bisa jadi lebih mudah bagi bayi perempuan. Setidaknya itu yang saya alami bersama Najwa. Menjelang usia 2 tahun, Najwa sudah siap berpisah dengan diapersnya. Dimulai dengan melepasnya pada siang hari, berlanjut saat jam tidur malam, dan puncak keberhasilannya saat dia pergi ke play group tanpa diapers. Bravo, Najwa!
Seingat saya pun Najwa lebih
cepat memberikan sinyal ketika ingin pipis atau pup. Malam hari sebelum tidur
juga selalu mudah diajak ke kamar mandi untuk mencuci tangan, kaki, muka dan
membuang hajat kecilnya.
Beda anak beda juga ceritanya.
Kalau sama namanya bukan tantangan, donk! My baby boy Najib Arya Djati ini dari
kecil nggak cuma jago nenen, tapi juga jago “beser”. Saya ingat banget, pas awal-awal lahir, sehari dia bisa pipis sampai 18 kali. Setiap habis minum ASI, pasti
popoknya langsung basah. Begitu terus entah siang atau malam. Untuk urusan pup pun sama. Bahkan sampai sekarang dia rutin pup 2 kali dalam sehari.
Kapan Mulai Toilet Training?
![]() |
| Babycentre.com |
Saya nggak ingat betul kapan pastinya. Tapi kalau nggak salah, sejak usia 18 bulan saya sudah mengurangi penggunaan popok sekali pakai pada siang hari. Tapi, karena si kecil tidak pernah menunjukkan tanda-tanda yang berarti. Jadilah dia ngompol di sana-sini.
Umumnya, jika menjelang tidur
atau setelah bangun diajak buang air, anak-anak jarang sekali ngompol lagi.
Kalaupun kepengen pipis, ortu bisa nandain setiap satu jam sekali.
Najib memang agak ajaib dalam urusan yang satu ini. Misalnya ketika bangun tidur saya bawa ke kamar mandi untuk pipis, 15 menit kemudian dia sudah ngompol lagi. Biasanya dalam satu jam dia bisa ngompol 3 sampai 4 kali. Lumayan susah juga menandai kapan waktunya. Karena kadang-kadang saat diajak ke kamar mandi anaknya malah nggak kepengin.
Najib memang agak ajaib dalam urusan yang satu ini. Misalnya ketika bangun tidur saya bawa ke kamar mandi untuk pipis, 15 menit kemudian dia sudah ngompol lagi. Biasanya dalam satu jam dia bisa ngompol 3 sampai 4 kali. Lumayan susah juga menandai kapan waktunya. Karena kadang-kadang saat diajak ke kamar mandi anaknya malah nggak kepengin.
Tapi, tepat setelah usianya genap dua tahun, saya mulai menerapkan toilet training secara konsisten. Meskipun tantangannya masih sama --- ngompol di mana-mana --- tapi,
perlahan mulai teratur dan berkurang volumenya.
Sampai hari ini pun kami belum
berhasil 100%. Kadang-kadang, pas siang hari anaknya minta pakai diapers.
Katanya biar nggak ngompol. Atau pas lagi diajak pergi gitu, sesekali masih
ngompol karena nggak kuat nahan atau nggak ngomong kalau udah kebelet. Saya tetap bersyukur karena progress-nya sudah berjalan sekitar 60%. Cuman
masalah pup yang masih suka sembunyi-sembunyi di belakang pintu. Dan
tentu saja ini kembali menjadi tantangan bagi saya.
Well, sekecil apapun progres yang
ditunjukkan, sebaiknya tak perlu menunda untuk melakukan toilet training
pada anak. Terlebih untuk anak laki-laki, yang menurut saya lebih lama dan lebih besar
tantangannya. Segera setelah mereka
terbiasa dengan kebiasaan baru yang orang tua terapkan, maka anak pun akan semakin siap dan menunjukkan
perkembangannya.
Iklan dulu ya 😃 : Najib dan Tumbuh Kembangnya Pasca Disapih
Iklan dulu ya 😃 : Najib dan Tumbuh Kembangnya Pasca Disapih
Tips Toilet Training untuk Anak Laki-laki
1. Mengurangi penggunaan diapers
Hal pertama yang saya lakukan
untuk melihat kapan dan seberapa sering frekuensi kencing anak adalah dengan
mengurangi penggunaan diaper. Siang hari saat anak bermain, saya
melepaskan diapernya hingga sore hari. Namun, setelah mandi sore hingga malam
hari masih saya gunakan. Hal itu berjalan sekitar 6 bulan. Mulai si kecil
berusia 18 hingga 24 bulan.
Setelah usia 24 bulan atau 2
tahun, perlahan saya mulai kurangi penggunaan pada malam hari. Dengan catatan,
sebelum tidur saya mengajak anak buang air kecil terlebih dahulu. Dan
jika memungkinkan membangunkannya pada malam hari. Cara ini lumayan membantu membentuk kebiasaan
baru untuk anak. Meskipun ngompol di kasur masih jadi resiko yang harus
dihadapi.
Penggunaan diaper saat bepergian
masih saya lakukan hingga 6 bulan setelah ulang tahunnya yang kedua. Untuk
sekarang pun, jika bepergian dengan jarak relatif jauh saya masih pakaikan. Buat jaga-jaga
saja, daripada kenak marah orang. Sebenarnya,
sejak Najib mulai lancar ngomong, dia pun mulai rajin minta ke kamar mandi atau
toilet. Ya, tapi demi keamanan aja, khusus saat bepergian jarak jauh masih saya
gunakan diaper.
![]() |
| babycentre.com |
2. Mengajarkan buang air dengan
cara duduk baru berdiri.
Meskipun pada anak laki-laki,
saya tetap mengajarkan cara buang air kecil dengan duduk. Mengapa? Karena hal
ini penting untuk membiasakannya buang air besar. FYI, Najib masih suka berdiri sambil sembunyi
saat kepengen pup. Walhasil, pup selalu di celana. Kecuali kami lebih dulu
melihat sinyal darinya dan langsung mendudukkannya di potty seat.
3. Menyediakan perlengkapan toilet training
![]() |
| Amazon.com |
Berbeda dengan Najwa yang sama
sekali tidak menggunakan perlengkapan toilet training. Sengaja kami membelikan
potty seat untuk Najib. Hal ini dikarenakan closet kami yang lumayan tinggi dan
memang bukan ukuran anak-anak. Sehingga kurang nyaman terlebih untuk balita.
Awalnya si kecil tetap menolak
meskipun kami telah membeli potty seat sesuai pilihannya. Namun lambat laun
dipakai juga. Tapi hanya saat buang air besar saja digunakan. Saat pipis, Najib
lebih memilih langsung di lantai kamar mandi. Mungkin sudah kebelet banget.
Hehe …
Saat membeli perlengkapan toilet
training pastikan yang aman dan nyaman untuk anak. Sebisa mungkin, usahakan
juga anak ikut saat membeli, sehingga bisa memilih dan mendengarkan cara
penggunaannya dari penjaga toko.
4. Demonstrasikan penggunaan
perlengkapan toilet training anak
![]() |
| Parent Magazine.com |
Si kecil pasti memiliki boneka,
robot atau miniatur binatang kesayangan, bukan? Nah, cobalah untuk
mendemonstrasikan penggunaan potty seat dengan mainan kesukaannya tersebut.
Orang tua bisa menyampaikan bahwa teman-teman si kecil juga pipis di tempat
yang sama. Dengan begitu, anak akan lebih termotivasi untuk menggunakannya.
Jika memungkinkan, carilah mainan
lain yang dapat digunakan sebagai potty seat atau closet untuk mainan anak.
Sehingga si kecil memiliki kesempatan untuk duduk berlama-lama di kamar mandi
untuk buang "hajat" bersama mainan kesukaannya. Hehe … Ribet, ya? But, it works
for my son.
5. Belikan pakaian dalam yang
menarik
Si Najib sedang senang-senangnya
dengan spiderman dan segala hal yang berbau alat transportasi. Untuk itu saya
membelikan celana dalam bergambar tokoh atau benda favoritnya. Cara ini sangat
membantu, karena dengan sendirinya si kecil lebih memilih memakai celana dalam ketimbang diapers.
Meskipun bergambar, saya tetap
memilih model celana dalam layaknya milik pria dewasa. Hal ini untuk
menunjukkan kepada si kecil bahwa dia sudah besar dan sudah memakai celana
dalam seperti ayahnya. Sehingga, cara dan tempat buang airnya pun sudah bisa
sama dengan ayah.
6. Tetapkan jadwal ke toilet
Sedikit melelahkan di awal, tapi
dengan cara ini anak lebih cepat mengenali hasrat ingin buang air. Segera
setelah anak terbiasa dengan jadwalnya, maka mereka akan menyampaikan kapan
ingin pipis atau pup. Cara ini juga sangat membantu pengasuh baik di rumah
maupun di day care karena anak sudah dapat mengkomunikasikan kebiasaan yang
dibentuk orang tua.
Baca juga yang ini : Lika-liku Menyapih Anak
Baca juga yang ini : Lika-liku Menyapih Anak
7. Berproses
Menurut pengalaman saya, anak
perempuan cenderung lebih cepat dalam proses toilet training. Tapi, hal ini
tidak selalu sama pada setiap anak. Nikmati prosesnya dan hindari terlalu
memaksa pada anak, karena dikhawatirkan justru anak akan mengalami trauma.
Pada kondisi normal, menginjak usia 3 tahun seorang anak baik laki-laki maupun perempuan sudah sangat siap bahkan pada sebagian
anak berhasil melakukan toilet training. Namun kembali
lagi, tergantung kondisi anak dan tentu saja seberapa besar dukungan dari orang
tua.
Menginjak usia 2 tahun 10 bulan,
anak laki-laki saya, Najib sudah semakin jarang ngompol. Baik siang maupun malam. Jadwal buang air
kecil dan besar sudah semakin teratur dan yang terpenting hampir selalu bilang
kalau merasa ingin pipis. Urusan buang
air besar memang masih menjadi pekerjaan rumah. Tapi kami yakin ini tidak akan
lama.
Memang butuh effort lebih besar
dibanding kakaknya dulu. Tapi beginilah seninya jadi orang tua. Kalau mulus-mulus
saja, nggak asyik, kan? Hehehe …
#ODOP
#day2
#bloggermuslimahindonesia










































Lengkap tipsnya Mbak Damar! Saya dua anak laki-laki saja bisa berbeda waktunya:) Makasih sharingnya...
ReplyDeleteSiap, thanks sudah mampir :)
Deletewah, jadi males punya anak kecil lagi klo mengingat soal toilet training ini. hahaha
ReplyDeletewkwkwkwk sedang berencanakah?
DeleteMemang masing2 anak bisa beda habbitnya ya mbak. Anak saya yg kedua (2 tahun 10 bulan), sudah 90persen soal pipis. Tp kalo pup msh belum mau ke toilet. Masih pilih sembunyi juga :D. Pdhl dulu pernah mau pup di toilet. Entah ada trauma sst atau apa. Bisa dicoba bih tipsnya mb damar.makasiih ya..
ReplyDeleteIya, Mbak. Saya ngerasa beda banget sama anak pertama. Dua tahun dia udah lepas pampers. Yang ini msh suka ngompol, heheheh
DeleteTerimakasih moms udah sharing tentang tips toilet training anak
ReplyDeleteTulisan yang sedang cari. Makasih mba Damar, semoga anakku bs segera lepas diapers :)
ReplyDelete