Matahari masih malu-malu saat kendaraan kami berhenti di deretan antrian loket masuk Telaga Sarangan. Kabut putih sedikit mengganggu jarak pandang kami. Yang akhirnya memaksa suami memacu kendaraan sedikit pelan dan lebih berhati-hati.
Satu-persatu kendaraan
diperbolehkan masuk menuju area parkir yang telah disediakan pihak pengelola. Demikian
halnya dengan kami. Setelah menyerahkan beberapa lembar pecahan lima puluh
ribuan, dua kendaraan yang kami tumpangi berjalan berurutan menuju area parkir
yang terletak berdampingan dengan pasar wisata.
Pagi itu adalah idulfitri hari ketiga. Sesuai yang telah kami rencanakan, lebaran kali ini kami akan menapaktilasi kebiasaan
di hari raya yang dulu kami lakukan bersama almarhum papa.
Kenangan Bersama Papa
Setelah mendapatkan area parkir
yang lumayan strategis, kami pun bergegas menyusuri jalan setapak menuju area
telaga. Ya, meskipun sudah puluhan kali menyaksikan langsung kolam air raksasa
di sini. Tapi kami selalu ingin memanjakan penglihatan ini dengan hijaunya air
telaga, dengan deretan pohon pinus yang berjajar rapi sebagai bingkainya.
Dulu, saat Telaga Sarangan belum
sepadat sekarang. Dengan mudah kami dapat menggelar tikar di sekitar telaga.
Membongkar bekal makanan, kemudian bercengkerama sembari menikmati nasi putih
hangat dengan ayam goreng dan sambal tomat sebagai pelengkapnya.
![]() |
| Foto kenang-kenangan di Sarangan terakhir dengan Papa |
Tapi sekarang, saat area sekitar
telaga semakin padat dengan kios dan tenda pedagang. Maka semakin sulit menemukan tempat untuk sekedar bersantai dan menikmati semilir angin dingin di sana.
Pilihannya adalah melipir ke area taman yang bisa jadi agak jauh dari telaga.
Atau menumpang duduk di tikar para pedagang, dengan konsekuensi membeli makanan
yang mereka jajakan.
Kami pun kemudian memilih tempat di bawah
pohon beringin yang berada di pojok timur telaga. Meminjam tikar milik penjual
ronde, dan memutuskan memesan 8 mangkuk kudapan berkuah air rebusan jahe yang dicampur gula merah ini.
Baca juga: Jalan-jalan ke Mojosemi Forest Park
Baca juga: Jalan-jalan ke Mojosemi Forest Park
Menikmati Sarangan dengan cara
seperti ini membuat saya kembali pada kenangan sekitar 27 tahun silam. Tahun
terakhir ketika papa pulang untuk melakukan ritual hari raya. Dimulai dengan salat idulfitri di masjid dekat rumah, sungkeman dengan orangtua,
selamatan di masjid, kemudian silaturahim pada tetangga.
Sedangkan pada siang harinya, papa akan mengajak kami ke Telaga Sarangan untuk piknik keluarga. Kebiasaan ini sebenarnya tidak istimewa. Tapi bagi saya terlalu sulit untuk dilupakan.
Sembari menikmati bekal yang kami
bawa dari rumah. Papa akan bercerita banyak hal tentang pekerjaannya di Bandung.
Kemudian saya dan dua kakak saya pun berebut untuk bertanya. Saat
itu usia saya baru 6 tahun. Sedangkan kedua kakak saya sudah berusia 13 dan 14
tahun. Adik saya? Dia masih bergelung dalam hangatnya rahim mama.
Hingga hari ini, tidak banyak
kenangan bersama papa yang bisa saya ingat. Karena sehari-hari papa berada di
Bandung, maka hanya momen-momen tertentu saja yang terasa sangat berkesan. Salah
satunya adalah acara jalan-jalan ke Telaga Sarangan dan beberapa hal yang biasa
kami lakukan di sana.
Salah satu hal yang tak pernah
kami lewatkan ketika ke Sarangan adalah menyewa perahu dayung untuk berjalan-jalan di telaga.
Zaman dulu, perahu dayung selalu menjadi pilihan kami. Selain tarifnya yang lebih
murah ketimbang speed boat, perahu dayung bisa muat banyak penumpang. Cocok
sekali untuk pengunjung yang datang bersama keluarga besar atau rombongan.
Saat itu jumlah speed boat belum
sebanyak sekarang. Tarifnya pun masih sangat mahal, sehingga hanya sebagian
orang yang mampu menyewanya. Selain itu orang-orang cenderung takut karena
sering kali pengemudi speed boat mengajak penumpang ngebut di tengah telaga.
![]() |
| Ke Sarangan wajib mencoba speed boat |
Entah sejak berapa tahun yang
lalu perahu dayung sudah lenyap dari Telaga Sarangan. Sebagai gantinya, jumlah
speed boat yang disewakan terus bertambah. Di samping perahu bebek yang masih
diminati 1 atau 2 orang.
Jika teman-teman menyukai
tantangan, maka kalian harus mencoba berkeliling Sarangan dengan speed boat
sewaan. Karena selain dapat menikmati keindahan panorama alam dari bagian
tengah telaga. Kalian akan merasakan sensasi deg-degan karena speed boat yang
berjalan dengan kencang dengan diselingi atraksi kejutan dari pengemudinya.
Biaya sewa speed boat sebesar 60
ribu untuk 1 kali putaran. Adapun sebuah speed boat dapat menampung maksimal 4
orang penumpang dewasa atau 5 orang termasuk anak-anak.
Baca juga: Tips traveling dengan Bujet Minimalis
Baca juga: Tips traveling dengan Bujet Minimalis
Berkeliling telaga dengan kuda tunggang
Nah, jika masih ingin meng-explore
panorama yang mengelilingi telaga. Maka berkuda adalah pilihan yang tepat.
Dulu, saya biasa berkuda dengan ditemani papa. Tapi sekarang ganti anak-anak
saya yang sangat gemar berkuda.
Baca juga: Persiapan Traveling dengan Anak
Baca juga: Persiapan Traveling dengan Anak
Postur kuda di Sarangan cenderung
tinggi dan besar. Sehingga bisa ditunggangi 1 orang anak dan 1 orang dewasa. Biasanya,
pemilik akan menemani penungang yang ingin berkeliling Sarangan dengan cara
menuntun kuda. Tapi jika sudah terbiasa, maka tak masalah jika ingin
berkeliling sendiri tanpa perlu didampingi.
Mengelilingi Sarangan dengan kuda
tunggang memungkinkan kita meng-explore setiap sudut-sudutnya. Jika di bagian
utara kita harus berdesakan dengan kios pedagang dan penjaja makanan. Maka di
bagian barat dan selatan kita dapat merasakan suasana hening dengan semilir
angin yang datang dari arah hutan pinus yang mengelilinginya. Jika sedang
beruntung, kita juga dapat melihat monyet hutan yang bergelantungan di
pohon-pohon di bagian barat telaga.
Biaya sewa 1 kuda sebesar 50 ribu
saat hari biasa. Sedangkan saat weekend atau liburan harga naik menjadi 60 ribu
untuk satu kali putaran sejauh 5 kilometer.
Mencicipi kuliner Sarangan
Setelah puas menikmati panorama
Sarangan, kini saatnya mengisi perut dengan sajian yang hangat. Maka dari itu
lesehan Sate Ayam dan Wedang Ronde selalu ramai dikerumuni pegunjung yang kelaparan.
Ya, meskipun sebagian besar pengunjung membawa bekal, tapi kurang lengkap
rasanya kalau tidak menjajal makanan di sana.
Jika ingin yang pedas dan
berkuah, Bakso bisa jadi pilihan lainnya. Atau aneka gorengan dan minuman panas
juga cocok disantap setelah berkeliling telaga. Ingin kudapan yang lebih berat? Maka Jagung
atau Roti Bakar juga dijajakan di sana. Bahkan minuman dingin seperti Bubble, Ice Cream hingga Es Jeruk Peras juga ada.
![]() |
| Sate ayam, bakso, camilan semua ada di Sarangan |
Seiring bertambahnya
jumlah penjaja makanan, variasinya pun semakin beragam. Kalau dulu
hanya Sate Ayam atau Kelinci yang jadi andalan kami sekeluarga. Maka sekarang
ada banyak sekali pilihan yang siap memanjakan lidah dan perut kita. Dan tentunya
lebih mudah menyesuaikan dengan selera anak-anak.
Jika sebagian orang memilih
berbelanja baju atau souvenir khas Sarangan sebagai oleh-olehnya. Maka kami
lebih senang berbelanja sayur, bunga atau buah-buahan. Kebiasaan ini sudah kami
lakukan semenjak dulu. Kalau almarhum papa bilang, “Baju yang dijual di sini
dijahitnya kan dari Magetan kota, jadi enggak asli Sarangan. Nah, kalau sayur
dan buah asli dari tanahnya Sarangan. Itu baru oleh-oleh yang sebenarnya.”
Hehehe, kalau dipikir-pikir emang benar juga, sih.
Meskipun harga sayuran dan buah
di Sarangan lebih tinggi dibanding pasar
tradisional pada umumnya. Tapi kualitasnya memang pilihan. Pokoknya enggak akan
nyesel kalau beli sayuran di sana.
Baca juga: Ritual Cantik saat Traveling
Baca juga: Ritual Cantik saat Traveling
Oh ya, selain baju, souvenir,
sayur, buah dan bunga. Di sarangan juga dijajakan aneka makanan khas Magetan.
Jika teman-teman tidak sempat mampir ke pusat kotanya, di sini kita bisa
sekalian membeli makanan khas kota Magetan. Selain sambal kacang dan kerupuk
uli, aneka makanan ringan seperti ampyang kacang, carang mas dan kue bolu
adalah pilihan oleh-oleh dengan harga sangat bersahabat.
Kadang-kadang saya ingin meminjam mesin waktu milik Doraemon, agar dapat kembali pada masa-masa di mana saya menjadi gadis kecil yang dua bulan sekali terlelap dalam hangatnya pelukan papa. Tapi saya sadar itu semua hanya keinginan yang mustahil. Hanya lantunan Al Fatihah yang bisa saya hadiahkan sebagai obat rindu pada papa.
Kini, sebagian kecil kenangan tentangnya masih terus saya simpan dalam ingatan yang kadang mulai melemah. Sedangkan Telaga Sarangan adalah tempat yang paling mudah untuk mengenang kebersamaan dengannya yang terlalu singkat.
Postingan ini ditulis untuk menjawab tantangan post trigger bertema traveling #KEBCollab Kelompok Sri Mulyani yang sudah ditulis oleh Mak Rach Alida Bahaweres
Postingan ini ditulis untuk menjawab tantangan post trigger bertema traveling #KEBCollab Kelompok Sri Mulyani yang sudah ditulis oleh Mak Rach Alida Bahaweres












































Wah mantap ya bisa naik speed boat juga di telaganya. Saya naik speed boat di GL Zoo aja girang amat, apalagi di tempat macam laut gini. Al Fatihah, moga Papa bahagia selalu di sana ya :)
ReplyDeletewah mantap juga tempat wisatanya, tapi baca judulnya jadi sedih ada kata terakhirnya bersama papa
ReplyDeleteAku baper liat foto kenangan sama papa nya. Pasti momen itu sangat berkesan dan mendalam ya mba. Naksir banget liat oleh2 bungaaaa.. Cakep2
ReplyDeletesekarang sudah makin ramai ya, berarti aku wis suweee banget ke mrana biyen...hahaha...time flies
ReplyDeleteWaktu kecil dulu juga ke Sarangan kalau bapak dapat bonus. Karena bapak pegawai rendahan jadi nggak bisa sering2. Mohon maaf mbak, mungkin bhs Inggrisnya di foto bisa diralat sedikit. Oya, kalau dr arah Solo ke Sarangan via Tawangmangu jalannya bagus nggak ya mbak?
ReplyDeleteKu belum pernah ke Sarangan, padahal sudah lama sering dengar nama telaga ini :)
ReplyDeleteWajib masuk list jalan-jalan nih.
Aku jadi rindu liburan nuansa pegunungan di Jawa Tengah, ada sate kelinci sama ronde. Sama kayak di Sarangan. Ini yang gak aku temukan disini, Mbak
ReplyDeleteSebelumnya, turut berduka cita atas meninggalnya papa kamu.
ReplyDeleteYang tabah ya,kak.
Itu naik speedboatnya seru bangeeet ya ... apalagi pas permukaan air bergelombang besar ... , jadi pengin banget jajal naikinnya.